Rupiah Terus Loyo Lawan Dolar AS, APBN Bisa Tekor

Rupiah Terus Loyo Lawan Dolar AS, APBN Bisa Tekor
ilustrasi
JAKARTA - Nilai tukar rupiah melemah lagi. Hingga Kamis 30 Agustus 2018 sore dolar Amerika Serikat (AS) telah mencapai level Rp 14.734.
 
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah menilai pelemahan nilai tukar itu masih dalam tahap wajar, dampaknya pun dia yakini takkan terlalu signifikan.
 
Namun pelemahan rupiah akan berdampak pada keuangan negara. Sebab pemerintah telah menegaskan bahwa hingga akhir 2019 tidak akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) solar dan premium serta tarif listrik.
 
"Dampak terhadap ekonomi minim, tapi yang akan tertekan nanti di APBN-nya," tuturnya kepada detikFinance.
 
Dengan pelemahan nilai tukar Rupiah, maka subsidi yang harus disiapkan oleh pemerintah atas BBM bersubsidi tentunya akan membengkak. Apalagi proyeksi nilai tukar yang ditetapkan dalam APBN 2018 jauh lebih kecil dari kondisi saat ini.
 
Proyeksi nilai tukar APBN, Rp 13.400, sementara proyeksi semester II-2018 rata-rata Rp 14.200 per US$ maka sampai akhir tahun Rp 13.973 per US$
 
Sementara subsidi energi 2018 di APBN ditetapkan Rp 94,52 triliun, terdiri dari subsidi BBM dan elpiji tabung 3 kg sebesar Rp 46,86 triliun, dan subsidi listrik Rp 47,66 triliun.
 
Realisasi semester I-2018 sebesar Rp 59,51 triliun atau sudah 63,0% dari pagu anggaran. Untuk subsidi BBM dan elpiji 3 kg realisasinya Rp 35,41 triliun atau 75%, sedangkan subsidi listrik Rp 24,09 triliun atau 50,6%.
 
Adapun proyeksi di semester II 2018 untuk subsidi BBM dan elpiji 3 kg adalah sebesar Rp 68,08 triliun, dan subsidi listrik sebesar Rp 35,89 triliun. Dengan demikian, total subsidi energi di semester II bakal naik menjadi Rp 103,98 triliun atau 110% terhadap APBN.
 
Sehingga selama 2018, subsidi energi jumlahnya membengkak menjadi Rp 163,49 triliun atau 173,0% dari APBN. Rinciannya untuk subsidi BBM dan elpiji menjadi Rp 103,48 triliun atau 220,8% dari APBN, sedangkan subsidi listrik menjadi Rp 59,99 triliun atau 125,9%.
 
Namun menurut Piter, kebijakan menahan harga BBM dan listrik akan berdampak positif untuk menahan laju inflasi. Sebab dengan melemahnya nilai tukar ada potensi untuk meningkatnya inflasi tahun ini.
 
"Jadi yang masalah ini akan berdampak pada inflasi. Ada barang yang nanti akan mendorong harga di dalam negeri yang dan akan terkena pada daya beli masyarakat bawah. Tapi itu sangat minim. Pemerintah kan sudah katakan tidak akan menaikan harga minyak," terangnya. (red)

Berita Lainnya

Index