Hari Kanker Paru Sedunia: Kenali Gejala Penyakitnya

Hari Kanker Paru Sedunia: Kenali Gejala Penyakitnya
ilustrasi
JAKARTA - Hari ini, 1 Agustus 2019, adalah Hari Kanker Paru Sedunia. Apa yang spesial dari kanker paru dibanding jenis kanker lainnya?
 
Di Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Globocan, kanker paru menempati urutan jenis kanker teratas yang diidap laki-laki. Sedangkan di kalangan perempuan Indonesia, penyakit ini ada di urutan kelima setelah kanker payudara, serviks, kolorektal, dan ovarium.
 
Angka kematian akibat kanker paru di Indonesia tak kunjung menurun. Sejak 15 tahun lalu, jenis penyakit ini menjadi pembunuh nomor wahid di antara keseluruhan jenis kanker yang diderita laki-laki maupun perempuan Indonesia.
 
Pada tahun 2010, sebanyak 500 kasus kanker paru ditangani Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan di Jakarta Timur sebagai pusat pelayanan kesehatan respirasi nasional. Angka tersebut bertambah signifikan menjadi 2400 kasus baru pada 2018.
 
Tembakau pada rokok menjadi faktor utama penyebab kanker paru. Perokok aktif memiliki risiko 13 kali lipat lebih tinggi untuk terkena kanker paru dibanding bukan perokok. Sedangkan pada perokok pasif memiliki risiko 4 kali lipat lebih tinggi untuk terkena kanker paru dibanding non-perokok.
 
Lantas bagaimana dengan gejalanya? Sita Laksmi Andarini, dokter spesialis paru yang juga merupakan pengurus pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), menjabarkan secara khusus gejala-gejala penyakit mematikan ini di acara Konferensi Pers dalam rangka memperingati Hari Kanker Paru Sedunia yang diadakan PDPI di Jakarta Timur, Rabu (31/7/2019) kemarin.
 
Menurutnya, seseorang yang mengidap jenis penyakit ini biasanya akan mengalami batuk kronik, batuk darah, suara serak serta menurunnya berat badan secara drastis. "Kemudian napas berbunyi, nyeri dada, dan pembengkakan pada ujung-ujung jari," tambahnya, seperti dilansir dari Kumparan.
 
Menurut Sita, kanker paru bisa didiagnosis setelah pasien melakukan foto rontgen. Selain itu, tim medis juga bisa mendeteksi penyakit ini melalui prosedur CT scan, bronkoskopi, dan biopsi.
 
Sita menegaskan, deteksi dini penyakit kanker paru penting dilakukan agar penderita dapat segera diobati dan tidak terlanjur parah. Kepada para perokok berat, Sita menyarankan mereka untuk melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan paru setidaknya setiap setahun sekali. "Paling singkatnya foto toraks atau CT scan toraks," imbaunya.
 
Selain itu, menurutnya, orang-orang yang memiliki gejala gangguan respirasi yang tidak berkurang dalam waktu dua minggu, contohnya batuk, nyeri dada, dan batuk darah, juga perlu untuk waspada.
 
"Jika dalam dua minggu tidak kunjung sembuh, segera berobat. Kedua, segera memintakan pemeriksaan lebih lanjut, contohnya foto toraks dan juga CT scan," tegasnya. (red)

Berita Lainnya

Index