Indonesia Peringkat 1 Jumlah Korban Bencana Tahun 2018

Indonesia Peringkat 1 Jumlah Korban Bencana Tahun 2018
Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo. Foto Antara
JAKARTA - Indonesia menempati peringkat pertama jumlah korban bencana pada tahun 2018. Padahal, Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan selama 20 tahun terakhir, Indonesia berada diperingkat kedua setelah Haiti.
 
"Tahun lalu Indonesia berada pada peringkat pertama korban jiwa akibat bencana, ini data. Marilah kita lihat data bahwa negara kita adalah negara dengan korban jiwa terbanyak dunia pada tahun kemarin," kata Doni di seminar nasional kebencanaan 'Membangun Infrastuktur yang Berkelanjutan' di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Kamis (1/8/2019).
 
"Selama 20 tahun kita berada pada posisi nomor dua setelah Haiti, tahun kemarin kita pada posisi pertama. Korban kita lebih dari 160 ribu orang kalau dihitung-hitung 20 tahun terakhir ini, korban bencana itu lebih besar dibandingkan daripada korban karena sebuah peperangan di beberapa negara," lanjutnya.
 
Untuk mengatasi bencana, pemerintah tak dapat bekerja sendiri. Doni menuturkan pemerintah membutuhkan kerja sama seluruh elemen masyarakat.
 
Oleh karena itu, ia meminta dunia usaha untuk memperhatikan lokasi pembangunan yang memperhatikan titik-titik patahan yang ada. Selain itu, pembangunan gedung juga harus memperhatikan kawasan rawan gempa hingga tsunami.
 
Doni mencontohkan peristiwa gempa bumi di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Sulawesi Tengah di 2018, sejumlah bangunan roboh menimpa masyarakat.
 
"Kita lihat data Di NTB, rumah yang bangunan yang rusak total 220 ribu. yang rusak berat itu 70 ribu sekian. Itu baru rumah saja, belum rumah sakit, jembatan, puskesmas, rumah ibadah. Kemudian lanjut lagi, di Sulteng rumah yang rusak itu mencapai lebih dari 110 ribu unit. 33 ribu lebih itu rusak berat. Jadi ini pun yang menimbulkan korban jiwa itu adalah bukan gempanya, tetapi bangunan yang menimpa masyarakat kita," tutur dia.
 
Doni menduga jumlah patahan yang ditemukan ke depannya bisa saja menjadi lebih banyak. Masyarakat harus memperhatikan daerah rawan saat akan membangun rumah atau gedung.
 
"Harus tahu kawasan banjir, harus tahu tempat-tempat yang berpotensi terjadinya gempa dan tsunami," ucap Doni, seperti dilansir dari Kumparan.
 
Apalagi, kata dia, Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi kebencanaan yang cukup tinggi. Hal itu perlu dipahami agar masyarakat dapat beradaptasi dengan lingkungannya.
 
"Ada patahan gunung, pertemuan lempeng. Suka atau tidak suka, senang atau tidak senang, kita berada di kawasan yang sangat berisiko. Ini semua harus kita pelajari, kita harus mampu beradaptasi, harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan," ucap Doni. (red)

Berita Lainnya

Index