JK Soal Devaluasi Yuan: China Memang Licik dan Pintar

JK Soal Devaluasi Yuan: China Memang Licik dan Pintar
Wakil Presiden Jusuf Kalla. Foto Kumparan
JAKARTA - Devaluasi atau penurunan nilai mata uang yuan saat ini masih terjadi. Bahkan, digadang-gadang jadi yang terdalam selama satu dekade ini.
 
Wakil Presiden Jusuf Kalla berpendapat devaluasi yuan sebagai buntut reaksi China terhadap sikap proteksi Amerika Serikat (AS). Kedua negara memang tengah beradu kuat dalam perang dagang. JK menganggap China sangat licik dan pintar untuk bertarung dengan AS.
 
"Cuma China juga licik, pintar juga, dia lemahkan yuannya. Sehingga (saat) dikenakan biaya masuk 10 persen oleh AS, dia lemahkan yuannya 10 persen, harganya kembali sama di AS," ungkap JK sambil tertawa di acara Mandiri Beyond Wealth, di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Rabu (7/8/2019) dilansir Kumparan.
 
Dengan melemahkan yuan, JK yakin AS akan mengambil cara baru. Misalnya dengan menaikkan bea masuk barang China hingga 30 persen. Langkah yang dilakukan AS bisa jadi akan direspons cepat oleh China. "Jadi akal dilawan dengan akal," sebutnya.
 
Kebijakan devaluasi yuan oleh China harus direspons cepat oleh pemerintah. Dampak yang paling menakutkan adalah produk China akan semakin murah dan bisa lebih banyak masuk ke Indonesia. Imbasnya defisit perdagangan melebar.
 
Pada tahun 2018 saja impor total dari China naik 27.4 persen dibanding 2017. Nilainya setara USD 45,2 miliar. "Akibatnya kita mengalami defisit yang besar," seru JK. (red)

Berita Lainnya

Index