3 Pelajar MAN 1 Ponorogo Ciptakan Alat Pembangkit Listrik Tenaga Angin

3 Pelajar MAN 1 Ponorogo Ciptakan Alat Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Dua dari tiga pelajar MAN 1 Ponorogo menunjukkan rangkaian alat pembangkit listrik tenaga angin ciptaan mereka
PONOROGO - Tiga pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Ponorogo membuat alat pembangkit listrik tenaga angin. Tiga pelajar itu adalah Gilang Giordani (18), Tri Umi Lestari (17), dan Wardatul Hasanah (18).
 
Ketiganya memanfaatkan turbin ventilasi bekas, perangkat mikrokontroler, saklar otomatis, dan motor listrik kecil buatan ketiganya. Hasilnya, sebuah bolam bisa menyala dan bisa dipakai saat pemadaman listrik terjadi.
 
"Jadi ketika listrik PLN padam, maka langsung diambil alih dengan pembangkit listrik tenaga angin ini. Sehingga kebutuhan listrik rumah tidak akan terputus," kata Hasanah, Rabu (4/9).
 
Menurut Hasanah, cara kerja alat ini sangat sederhana. Yang penting, ada angin memadai untuk memutar turbin ventilasi. Putaran turbin bisa memutar motor listrik yang diteruskan ke sebuah rangkaian kondensator untuk menstabilkan tegangan DC dari motor listrik.
 
Setelah itu, tegangan DC dari motor listrik diteruskan kembali menuju baterai yang digunakan untuk menyimpan arus listrik. Tegangan listrik dari baterai yang masih DC kemudian disalurkan melalui perangkat inverter untuk diubah menjadi AC, sehingga mampu untuk menyalakan peralatan rumah tangga.
 
"Untuk pemrograman pada mikrokontroler menjadi penting karena hanya berselang milidetik ketika listrik PLN padam, langsung diganti oleh perangkat tersebut," ujarnya dilansir Kumparan.
 
Pelajar kelas XII ini menuturkan bahwa tidak perlu khawatir terjadi kelebihan daya ketika mengisi arus listrik ke dalam baterai. Sebab, bagian dalam rangkaian kondensatornya sudah didesain secara otomatis untuk memutus arus jika daya baterai penuh. Hal itu membuat baterai akan lebih awet dan tidak overcharge karena turbin akan berputar terus jika ada angin.
 
Meski terlihat menggunakan alat dan pemrograman yang rumit, tapi alat ini tidak banyak menelan biaya. Mereka mengaku mengeluarkan biaya tidak lebih dari Rp 600 ribu. Durasi pembuatan dan percobaan alatnya adalah selama satu bulan.
 
Untuk kesulitan, kata dia, hanya dalam bahasa pemrogramannya. Sedangkan untuk rangkaian hampir tidak ada kendala.
 
Hasanah melanjutkan, selain adanya sumber angin yang tidak terbatas, ia juga melihat ada banyak sekali turbin ventilator yang bisa didapat. Sebab, selama ini, turbin ventilator bangunan hanya dimanfaatkan sebagai sarana sirkulasi udara.
 
Padahal menurutnya, alat sederhana itu bisa dimanfaatkan untuk jadi pembangkit listrik sederhana seperti alat buatannya. "Kami masih terus mencoba menyempurnakan alat ini agar mampu diaplikasikan ke masyarakat umum," ujarnya. (red)

Berita Lainnya

Index