Sensasi Menjadi Siswa Ninja di Togakure Nagano

Sensasi Menjadi Siswa Ninja di Togakure Nagano
Kampung ninja yang kini jadi Museum Ninja Togakushi. Foto TEMPO
TOKYO - Musim gugur di Nagano segera berakhir, kemudian segera memasuki musim dingin. Daerah ini akan diselimuti salju. Museum Ninja Togakushi atau The Museum Togakure School of Ninja ini akan tutup hingga musim salju usai. Sunyi, pasti.
 
Daun-daun berwarna merah, ini hari, di bukit tempat konon dahulu para ninja, pasukan rahasia itu berkampung. Tempatnya memang tak mudah dicapai. Dari pusat Kota Nagano berkendara memerlukan waktu sekitar 90 menit melalui jalan mendaki dan berkelok. Dinding tebing terdapat di berbagai sisi dengan hutan lebat yang terhampar.
 
Masuk ke museum ninja ini dikenai tiket 600 Yen untuk dewasa atau sekitar Rp 78 ribu dengan kurs Rp 130, dan 400 Yen untuk anak-anak setara Rp 52 ribu.
 
Keingitahuan wisatawan mengenai bagaimana para ninja di zamannya itu tinggal, disajikan apik di sini. Melalui dua bangunan besar, ditampilkan bagaimana kehidupan para ninja itu sehari-harinya. Berikut kitab-kitab rahasia yang diturunkan dari generasi ke generasi.
 
Jembatan kayu yang digunakan untuk berlatih keseimbangan di kampung ninja, Nagano. Foto TEMPO/Dian Andryanto
 
Ros, pemandu wisata itu menyebutkan, para ninja ini hidup dengan bertani dan berkebun di daerah ini. Itu terlihat dari pakaian, topi, alas kaki yang terbuat dari jerami. Segala perlengkapan yang menyertai kehidupan sehari-hari mereka dipajang disana, masih asli, sayang pengunjung tak boleh memotret koleksi menarik dalam bangunan itu. Tentu saja berbagai senjata ninja dipamerkan pula.
 
Jadi, jika selama ini kita disajikan berbagai adegan aksi ninja di film, yang mampu bergerak cepat, menghilang, dan menyaru. Di sinilah terungkap kehidupan nyata mereka yang juga sebagai petani dan berkebun.
Di tempat ini juga terdapat rumah ninja.
 
Ingin tahu? Dari luar penampakannya  biasa saja. Tapi ketika masuk ke dalam bagai masuk dalam labirin. Setiap ruangannya menyimpan rahasia. Menjadi menarik bagi pengunjung karena turut memecahkan misteri, keluar dari rumah sang ninja yang penuh rahasia.
 
Jalan rahasia ternyata bisa dari mana saja, di balik lemari, dinding yang bergeser, hingga tangga di balik lantai perapian. Bahkan ada pula lantai miring, sehingga membuat sulit sekali bergerak. Bahkan terasa pusing karena ruangan asimetris itu.
 
Dalam keseharian, para ninja juga berkebun dan bertani di perkampungan ninja yang kini jadi Museum Ninja Togakushi. Foto TEMPO/Dian Andryanto
 
Setelah sekian lama mencari jalan keluar akhirnya berhasil. Meskipun ada yang membutuhkan waktu sedemikian lama untuk bisa memecahkan jalan keluar dari tiap ruangan ninja itu. Namun, jika sudah putus asa di beberapa titik disediakan pula exit emergency, meskipun menjadi malu karena tak lulus sebagai ninja.
 
Juga di bangunan lain terdapat pelatihan menggunakan shuriken, senjata rahasia ninja yang terbuat dari besi berbentuk bintang lima. Dengan membayar 200 yen atau Rp 26 ribu, wisatawan mendapatkan tujuh shuriken untuk dilemparkan ke sasaran. Jika mengenai lima saja, akan mendapat hadiah kipas ninja. Seru sekali permainan ini.
 
Terdapat jembatan gantung untuk berlatih keseimbangan para ninja. Mereka yang ingin mencoba, harus berlari di atasnya dengan pijakan papan yang terus bergoyang-goyang bila diinjak. Adapula latihan memanjat ke pohon atau menara.
 
Toko suvenir di kampung ninja. Salah satu suvenir ninja yang dijual berupa pisau kunai. Foto TEMPO/Dian Andryanto
 
Setelah puas menikmati sebagai siswa ninja, kemudian bisa membeli berbagai pernak pernik ninja, Ada toko souvenir di sana. "Kalau saya beli dan bawa ini ke Indonesia, aman?" tanya seorang pengunjung lelaki kepada perempuan di sebelahnya.
 
"Itu seperti senjata yang untuk menyerang Wiranto?" tanya perempuan, wisatawan asal Indonesia itu. Si lelaki menangguk, sambil menunjuk kunai, semacam pisau dengan pengait di ujungnya.
 
Tanpa berkata-kata lagi perempuan itu menarik si pria keluar toko cenderamata. Tak jadi membeli buah tagan, kunai. (Tempo/red)

Berita Lainnya

Index