LSM Payung Serantau Gelar Sosialisasi Pencegahan Karhutla

LSM Payung Serantau Gelar Sosialisasi Pencegahan Karhutla
Foto bersama
MERANTI - Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Payung Serantau yang konsen pada lingkungan dan sosial masyarakat, menggelar Sosialisasi Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Kecamatan Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau.
 
Kegiatan Sosialiasi tersebut dilaksanakan di Balai Desa Sungai Gayung Kiri dan Desa Tanjung Medang pada Selasa 26 Februari 2020.
 
Dalam sosialisasi tersebut LSM Payung Serantau menggandeng BPBD, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Perkebunan dan PT Sumatera Riang Lestari mewakili perusahaan yang ada di Pulau Rangsang sebagai narasumber. Sedianya LSM Payung Serantau juga mengundang Polsek dan Danramil sebagai perwakilan penegak hukum, namun berhalangan hadir karena ada kegiatan lain yang tidak dapat ditinggalkan.
 
Hadir sebagai peserta adalah para Ketua RT, RW, tokoh masyarakat, warga petani kelapa dan perwakilan pelajar di masing-masing desa untuk mendengarkan materi dari narasumber.
 
Azir Dahlan, Ketua LSM Payung Serantau menjelaskan, tujuan kegiatan itu adalah memberikan pemahaman kepada seluruh lapisan masyarakat akan bahaya Karhutla, serta pencegahan sejak dini terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Apalagi menurut prediksi BMKG, Provinsi Riau akan dilanda kemarau panjang sejak awal Maret hinggi Oktober 2020.
 
Kepala Desa Sungai Gayung Kiri, Ace M Saleh dalam sambutannya saat membuka acara di Desa itu menjelaskan, bahwa berkaca pada tahun 2019, pemerintah desa setempat sudah disibukkan dengan pemadalam sejak awal tahun.
 
"Pada Februari hingga April 2019 lalu, warga dibantu PT. SRL, TNI, Polri dan bapak-bapak BPBD sudah berjibaku memadamkan api. Alhamdulillah tahun ini belum ada kasus kebakaran di Desa Sungai Gayung Kiri," ujarnya.
 
Hal ini tentunya tidak terlepas oleh motivasi dari PT SRL yang memberikan penghargaan 100 juta rupiah jika wilayah desa tidak terbakar, sehingga warga dan perangkat desa yang menjadi garda terdepan dalam mengantisipasi ancaman karhutla.
 
Menurut Ace, selain menguras tenaga waktu dan fikiran, pemadaman api Karhutla juga menguras biaya yang tidak sedikit.
 
Warga dan perangkat desa telah sepakat, jika ketahuan ada lahan warga yang terbakar apalagi dengan sengaja, maka seluruh operasional pemadaman harus ditanggung oleh pemilik lahan, belum lagi ancamam pidana dari Kepolisian.
 
Selain itu, desa yang harusnya mendapat reward 100 juta rupiah dari PT. SRL jika dapat menjaga lahan desa tidak terbakar, kini hanya mendapat 50 juta rupiah saja karena adanya kelalaian pihak yang tak bertanggung jawab.
 
Untuk itu Kades Sungai Gayung Kiri mengimbau kepada seluruh masyarakat desa agar bisa saling menjaga dan mengingatkan agar tidak terjadi lagi kebakaran hutan dan lahan.
 
Lain halnya penyampaian Suripto, Kepala Desa Tanjung Medang. Mengingat ancaman Karhutla yang tiap tahun melanda, ia menggagas program 1001 embung dan 101 baliho imbauan. Namun tetap saja Karhutla terjadi di Tanjung Medang.
 
Suripto mengisahkan, tahun 2019 lalu dibantu oleh PT SRL bersama warga telah dibuat ratusan embung air dan baliho imbauan di titik-titik rawan kebakaran di Desa Tanjung Medang, namun masih ada saja areal yang terbakar dan setelah ditelusuri kebun milik warga dari desa tetangga.
 
"Akhirnya reward dari SRL yang sedianya Desa Tanjung Medang dapat 100 juta rupiah, hanya bisa terealisasi 50 juta rupiah karena adanya areal yang terbakar tersebut," ungkap Suripto.
 
Kasi Kesiap-siagaan BPBD Kabupaten kepulauan Meranti, Mukhtarom, menjelaskan bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti berada pada kategori rawan kebakaran.
 
Apalagi wilayah Kepulauan Meranti adalah gambut, sehingga jika terjadi kebakaran akan sangat sulit dipadamkan.
 
Untuk itu ia mengajak agar potensi kebakaran dapat diminimalisir sedini mungkin, salah satunya dengan cara sosialisasi seperti yang dilakukan saat ini.
 
Pj. Kepala Seksi Penegakkan Hukum dan Pj Kepala Seksi Pencemaran pada  Dinas Lingkungan Hidup, Cameron Bernart, menerangkan betapa bahayanya jika terjadi kebakaran hutan dan lahan.
 
Kebakaran dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, ekosistem, mengganggu kesehatan dan bahkan kerugian ekonomi. Jika sudah terbakar hutan dan lahan juga membutuhkan waktu yang lama untuk dipulihkan.
 
Sementara itu Amizar, Kabid Perkebunan Dinas Perkebunan Kepulauan Meranti menjelaskan, bahwa warga tidak dibenarkan lagi membuka lahan dengan cara membakar. Dari segi waktu dan ekonomi mungkin dinilai paling murah dan cepat, cukup menyediakan bensin, satu orang saja bisa membersihkan areal 1 hektar.
 
Namun membuka lahan dengan membakar malah akan merusak mikro organisme yang berfungsi untuk menyuburkan tanah, memadatkan tanah dan yang pasti akan menyebabkan asap yang mengganggu kesehatan. Ia kemudian menawarkan solusi kepada petani untuk membuat cuka kayu.
 
"Dari pada semak atau belukar yang ada di kebun dibakar, lebih baik dimanfaatkan menjadi pupuk yang disebut dengan cuka kayu," kata Amizar.
 
Selain bisa bermanfaat untuk menjadi pupuk, cuka kayu juga dapat dimanfaatkan untuk fungisida, bahkan yang grade A bisa dimanfaatkan menjadi obat kulit. Pastinya nilai ekonomis semakin tinggi.
 
"Untuk bimbingan atau teknis lebih lengkap, kami siap menerima bapak-bapak dan adik-adik pelajar yang datang ke kantor untuk belajar membuatnya," ujar Amizar.
 
Diakhir sosialisasi, Ketua LSM Payung Serantau, Azir Dahlan, menyampaikan apresiasi kepada PT. SRL yang telah membuat program Free Fire Village di Desa Sungai Gayung Kiri dan Tanjung Medang. Azir menilai bahwa rangkaian program SRL yang melibatkan warga dan LSM sebagai mitra, efektif dalam menekan jumlah karhutla di dua desa tersebut.
 
"Setelah ini, dalam waktu dekat kami dari LSM Payung Serantau juga akan melanjutkan rangkaian sosialisasi bahaya Karhutla ini melalui program sosialiasi ke sekolah dan pemutaran film di desa," pungkas Azir Dahlan. (rls/santo)

Berita Lainnya

Index