Kapan Vaksin Corona atau Covid-19 Siap Diedarkan?

Kapan Vaksin Corona atau Covid-19 Siap Diedarkan?
Ilustrasi vaksin. Foto Shutterstock
JAKARTA – Virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 mewabah dengan sangat cepat. Semenjak World Health Organization (WHO) mendeklarasikan Covid-19 sebagai pandemi, semua mata tertuju pada pengembangan vaksin.
 
Sebab, hanya vaksin yang bisa mencegah seseorang terhindar dari sebuah penyakit.
 
WHO menyebutkan saat ini terdapat 20 perusahaan yang berlomba menciptakan vaksin Covid-19. Empat di antaranya menjadi kandidat kuat karena telah dites pada hewan.
 
Satu di antara empat calon vaksin tersebut dibuat oleh Moderna, perusahaan bioteknologi berbasis di Boston, AS. Calon vaksin ini akan segera diuji pada manusia dalam waktu dekat.
 
Percepatan pembuatan vaksin ini sebagian besar bisa terwujud karena China yang cepat menemukan materi genetik virus SARS-CoV-2. China menyebarkan runutan materi genetik ini pada Januari.
 
Tak ada yang menyangka pandemi saat ini disebabkan oleh salah satu jenis virus corona. Para ahli memprediksikan pandemi akan lebih mengarah pada flu sebagai sumber penyakitnya.
 
"Waktu pengembangan kandidat virus ini banyak dihabiskan untuk mempelajari bagaimana cara mengembangkan vaksin untuk virus corona yang lain," tutur Richard Hatchett, CEO dari Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (Cepi) yang berbasis di Oslo, Norwegia, dilansir Kompas.
 
Virus corona yang lain mengacu pada SARS-CoV-2. Sementara dua virus corona sebelumnya yang juga dikenal adalah MERS dan SARS.
 
Melansir The Guardian, Minggu (29/3/2020), dalam dua kasus virus corona sebelumnya, vaksin dikembangkan usai outbreak berakhir. Perusahaan Moderna sendiri meneliti vaksin untuk MERS lebih dulu lewat US National Institute of Allergy and Infectious Diseases di Bethesda, Maryland.
 
"Akselerasi dalam proses ini sangat dramatis. Dimulaid ari SARS, kemudian MERS, kemudian digunakan untuk Covid-19," tutur Dr Maria Van Kerkhove, Techical Lead dari WHO Emergencies Program seperti dikutip dari CNBC.
 
Namun, WHO mengingatkan butuh waktu lama untuk vaksin tersedia untuk keperluan publik. Para ilmuwan mengatakan uji klinis dan keamanan membutuhkan waktu sedikitnya 18 bulan.
 
Prinsip dasar vaksin
 
Semua vaksin memiliki prinsip dasar yang sama. Vaksin memasukkan bakteri patogen ke dalam sistem imun manusia (biasanya dalam bentuk suntikan atau dosis rendah), kemudian mengambil antibodi akibat patogen tersebut. Antibodi tersebut yang akan menangkal virus untuk kembali masuk.
 
Secara tradisional, imunisasi dilakukan dengan cara memasukkan virus yang sudah dilemahkan melalui proses kimia. Dosis yang tinggi atau beberapa kali injeksi memungkinkan seseorang mendapatkan proteksi tinggi terhadap sebuah virus.
 
Tes klinis, yang merupakan bagian paling vital dari pengembangan vaksin, melewati tiga tahapan. Pertama adalah memberikannya kepada beberapa lusin relawan yang sehat untuk mengetes keamanan vaksin tersebut.
 
Tahap kedua menggunakan ratusan relawan yang terkena penyakit bersangkutan, untuk membuktikan seberapa efektif vaksin tersebut. Sementara tahap ketiga, vaksin disuntikkan kepada beberapa ribu orang yang mengidap penyakit bersangkutan.
 
Dalam tiga tahap ini, trial and error ditemukan pada banyak calon vaksin. "Tidak semua calon vaksin yang mulai duluan, akan selesai duluan,” tutur Bruce Gellin dari The Sabin Vaccine Institute di Washington DC.
 
Persetujuan penggunaan vaksin bisa dipercepat jika pemerintah pernah menyetujui vaksin serupa sebelumnya. Vaksin flu misalnya, merupakan salah satu jenis vaksin yang modulnya di-update setiap tahun.
 
Kontras dengan itu, virus SARS-CoV-2 adalah senyawa baru dalam tubuh manusia dan mayoritas orang belum pernah terkena penyakit Covid-19. Sampai saat ini, belum ada vaksin yang menggunakan materi genetik RNA atau DNA yang disetujui.
 
Fase selanjutnya
 
Usai tes klinis, ada lagi masalah berikutnya. Usai vaksin disetujui, dunia akan menginginkan jumlah yang besar untuk populasi yang banyak.
 
Banyak organisasi yang membuat vaksin Covid-19 tidak memiliki kapasitas produksi yang sepadan. Itu hanyalah salah satu “cobaan” selanjutnya dari pengembangan vaksin.
 
Masalah selanjutnya adalah memastikan vaksin tersebut didistribusikan ke tangan yang benar.
 
"Hanya ada satu hal yang lebih berbahaya dibanding virus jahat, yaitu vaksin yang jahat. Kita harus sangat berhati-hati dalam mengembangkan setiap produk yang akan disuntikkan ke populasi besar," tutur Dr Mike Ryan, Executive Director dari Emergencies Program WHO. (red)

Berita Lainnya

Index