Wartawan Sesalkan Informasi Hoaks Oknum Pejabat Pemkab Kepulauan Meranti

Wartawan Sesalkan Informasi Hoaks Oknum Pejabat Pemkab Kepulauan Meranti
postingan informasi akun facebook pejabat pemkab meranti dan tanggapan pihak keluarga
MERANTI -  Kepala Sub Bagian di Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kabupaten (Setdakab) Kepulauan Meranti, Anshari Arif diduga menyebarkan kabar bohong atau hoaks.
 
Arif diduga menyebarkan hoaks tentang virus Corona melalui akun Facebook pribadi. Didalam postingannya dia mengatakan jika pasien yang terkonfirmasi positif inisial IA (19) dan IMA (16) warga Desa Bandul Kecamatan Tasik Putri Puyu telah melakukan kontak sosial di seputaran Kota Selatpanjang hingga berkunjung ke rumah Bupati Kepulauan Meranti, Irwan Nasir.
 
Karena isu ini menarik untuk dijadikan pemberitaan, sebagian wartawan mencoba mengonfirmasi ke pihak terkait dan berita ini pun tersebar luas.
 
Sementara itu sebagian masyarakat menjadi resah, terutama yang dalam beberapa hari belakangan pernah melakukan kontak langsung dengan Bupati, termasuk tiga orang wartawan.
 
"Sehari sebelum status itu naik kami sudah bertamu ke rumah Bupati, namun dengan adanya info seperti ini sangat kami rasakan kerugiannya, dimana ada diskriminasi kawan-kawan terhadap kami dimana mereka juga tidak mau terjangkit hal ini. Beruntung saja sudah dilakukan rapid dan hasilnya negatif, tetapi tetap saja dijauhi karena harus melakukan Isolasi 14 hari," kata salah seorang wartawan media online, Rio Nugraha.
 
Akibat dari informasi yang tidak jelas darimana sumbernya itu, rumah kediaman Bupati pun langsung disemprot menggunakan Desinfektan oleh pihak Dinas Kesehatan dan seluruh penghuni rumah dilakukan Rapid Test.
 
Arif yang dimintai keterangannya mengatakan jika informasi itu didapatkannya dari penghuni rumah dinas, dia berkilah jika itu tidak berbahaya, kecuali jika memang Bupati terjangkit virus.
 
"Info itu dari orang yang ada di kediaman rumah dinas bupati. Itukan tidak bahaya, yang bahaya tu jika pak Bupati kena, kalau pak Bupati tak kena ya tidak lah," kilah Arif.
 
Lebih lanjut, wartawan menggali informasi terkait hal ini lebih mendalam, akhirnya ditemui kesimpulan dan fakta jika para santri asal Desa Bandul dari kluster Magetan ini tidak ada melakukan perjalanan ke Kota Selatpanjang bahkan tidak pernah menemui Bupati secara langsung. Hal ini didapatkan setelah mendengar penuturan langsung dari pihak keluarga.
 
"Ini bisa saya pastikan, dimana yang bersangkutan dalam hal ini keponakan saya berinisial IA pulang dari Temboro melalui Pekanbaru dan Bengkalis langsung menuju Desa Bandul dan menjalani isolasi mandiri di rumah, itu tepatnya seminggu sebelum puasa. Selama di rumah juga saya pastikan dia tidak kemana-mana apalagi menemui Bupati," kata Zainal.
 
Ditambahkan kakak kandung pasien, Gusti Ariani yang menyebutkan jika adiknya dipastikan tidak keluar dari rumah selama menjalani isolasi mandiri.
 
"Saya kakak yang bersangkutan, asal tahu saja, adik saya ketika sampai langsung dilakukan isolasi mandiri dan tidak diperkenankan keluar sedikit pun apalagi ke rumah Bupati. Yang buat berita hoaks macam ini bisa dituntut balik," kata Gusti Ariani.
 
Menanggapi itu, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kepulauan Meranti, Syamsidir Atan mengaku sangat menyayangkan adanya informasi bohong dan itu disampaikan pula oleh pejabat di pemerintah.
 
"Tentunya kita sangat menyayangkan jika informasi tersebut ternyata hoaks. Persoalan ini bukan saja menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan banyak pihak, tiga wartawan yg diserang hoaks tentunya merasakan kecemasan yang luar biasa. Mereka bukan saja dihantui rasa takut, tapi juga disisihkan banyak orang, terutama narasumber yg sehari-hari ditemui. Sekarang ini jangankan dinyatakan positif rapid test atau swab, kita bersin saja dicurigai orang. Jadi berhati-hatilah kalau menyebarkan informasi," kata Syamsidir.
 
Agar persoalan ini tidak berlarut-larut, Ketua PWI itu juga meminta pihak yang menyebarkan informasi tersebut untuk segera mengklarifikasinya sehingga tidak menimbulkan keresahan.
 
"Agar persoalan ini segera pulih, saya berharap kepada pihak yang menyebarkan informasi di media sosial segera mengklarifikasinya sehingga warga tidak diresahkan dan tiga wartawan yang menjadi korban juga tidak lagi disisihkan banyak orang. Saya juga kepada tiga wartawan yang menjadi korban hoaks agar bisa berbesar hati. Segala sesuatu yg terjadi pasti ada hikmahnya. Apalagi saat ini masih dalam bulan suci, jadi tidak ada ruginya jika memaafkan orang lain yang membuat kesalahan tersebut," ujar Syamsidir.
 
Sementara itu, perwakilan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia di Kepulauan Meranti, Susanto Sudarmo mengatakan jika berita yang dibuat oleh wartawan itu tidak salah. Susanto juga mempertanyakan kepentingan sehingga isu itu dimunculkan ke publik.
 
"Menurut aturan jurnalistik, berita yang telah dibuat wartawan tidak salah karena memiliki sumber yang jelas, terlepas pernyataan dari sumber itu benar atau tidak. Yang kita sesalkan jika pernyataan itu ternyata tidak benar, setelah pihak keluarga membantah pernyataan tersebut. Disini publik bisa menilai apakah ada kepentingan dari dimunculkannya isu tersebut. Wartawan jadi kerja dua kali merinci kronologis munculnya isu tersebut, untuk diketahui publik secara gamblang," kata Susanto.
 
Dia menambahkan jika isu yang dilempar ke publik melalui sosial media itu hoaks yang bersangkutan bisa dikenakan pidana. "Kalau ternyata itu tidak benar, status Arif itu bisa kenakan pasal pidana," pungkas Susanto. (rls)

Berita Lainnya

Index