Budayawan Riau, Taufik Ikram: Pantun Dapat Menyatukan Melayu

Budayawan Riau, Taufik Ikram: Pantun Dapat Menyatukan Melayu
Bincang-bincang Kenduri Pantun Riau, peringatan Hari Pantun Sedunia tahun 2021, di Pekanbaru, Jumat
PEKANBARU - Budayawan Riau, Taufik Ikram Jamil menyebut pantun memiliki makna yang dapat menyatukan melayu. Ia pun mengajak masyarakat kembali melestarikan pantun.
 
"Dengan pantun kita melihat, ternyata yang bisa menyatukan melayu adalah pantun," kata Taufik Ikram saat mengisi kegiatan bincang-bincang Kenduri Riau peringatan Hari Pantun Sedunia tahun 2021, di Pekanbaru, Jumat (17/12/2021).
 
Menurutnya, pantun merupakan warisan leluhur. Meski terlihat sederhana, dalam kata-kata memiliki makna yang mendalam. Keunikan dalam pantun terlihat dalam sajak a-b-a-b, yang mana dua baris pertama merupakan sampiran dan dua baris terakhir adalah isi.
 
Terinspirasi dari lingkungan, sampiran yang terkandung dalam pantun tidak dibuat secara sembarangan, melainkan hubungan erat dengan isi dan menonjolkan kecerdasan berbahasa.
 
Taufik Ikram mencontohkan pantun yang memiliki makna mendalam seperti:
 
Pisang emas dibawa berlayar,
Masak sebiji diatas peti,
Hutang emas boleh dibayar,
Hutang budi dibawa mati.
 
"Maknanya sangat luar biasa, baik dari segi kata per kata dalam pantun, maupun makna yang tersirat secara umum," ungkap Taufik Ikram.
 
Dia menjelaskan kata 'budi' digunakan karena merupakan kata yang luar biasa. Dalam buku filsafat komunikasi melayu, orang-orang melayu hampir mengubah atau mengganti kosa kata lain kedalam bahasa arab dan semacamnya, tetapi kata 'budi', tidak dilakukan.
 
Selain memerlukan pemikiran mendalam, pantun melayu juga mengandung filosofi tentang acuan, pegangan dan landasan hidup orang melayu seperti berbalas budi.
 
"Selain itu, kenapa pisang emas. Ternyata pisang emas merupakan pisang yang paling tahan dan masaknya tidak sekaligus, tetapi satu per satu sehingga cocok untuk dibawa berlayar," ungkapnya.
 
"Jadi ini sesuatu yang luar biasa, dan saya sangat hormat dengan pantun itu," tambahnya.
 
Oleh karena itu, Taufik Ikram mengajak seluruh elemen, khususnya Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) untuk bekerja keras dalam memelihara atau melestarikan budaya pantun yang telah ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).
 
"Kita harus bekerja keras terutama lebih keras lagi. Artinya ATL tidak berhenti sampai disini," ungkap Taufik Ikram. (mcr)

Berita Lainnya

Index