Inilah Hidden Gem Kopi Riau: Liberika Meranti, Kopi Dataran Rendah yang Bikin Penasaran

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:19:00 WIB
Owner Kopi Nganu, praktisi roastery, Roni Suprianto.

JURNALMADANI - Berbeda dengan kopi pada umumnya yang tumbuh di dataran tinggi, Kopi Liberika Meranti justru dibudidayakan di dataran rendah yang hanya memiliki ketinggian sekitar satu meter dari permukaan laut. 

Uniknya, kopi tersebut ditanam di atas lahan gambut yang secara alami memang tidak subur dikarenakan tingkat keasamannya yang tinggi atau kebasaannya yang rendah. Ini merupakan bentuk inovasi desa yang berhasil dilakukan dengan memanfaatkan potensi yang ada. 

Proses penanamannya pun tidak kalah unik. Sebelum menanam, tanah gambut dipadatkan terlebih dahulu selama 3-4 tahun guna menjaga kualitas kopi. Untuk menetralkan keasaman, tanah juga diberikan kapur pertanian atau dolomit terlebih dahulu. 

Di Indonesia sendiri, hanya ada dua daerah yang berhasil melakukan inovasi budidaya kopi di lahan gambut, yaitu Kuala Tungkal, Jambi dan Desa Kedaburapat, di Kabupaten Kepulauan Meranti. Meskipun demikian, Kopi Liberika Meranti ini memiliki kelebihan serta keunikannya sendiri.

 

Salah seorang owner Kopi Nganu, praktisi roastery, Roni Suprianto menjelaskan bahwa ia tetap konsisten mengolah dan mengangkat varietas Kopi Liberika Meranti ini yang awalnya bertujuan untuk mengangkat nama daerah kepada penikmat kopi di luar daerah dan di kancah Nasional.

“Awalnya itu kami hanya menjual kopi arabica dan kopi robusta, untuk kopi liberika sendiri awalnya jarang yang tahu, setelah kita telusuri di Riau ini ada kopi Liberika dari Kepulauan Meranti. Untuk mengangkat kopi liberika agar disukai orang tentu kita perlu effort dan marketing yang kuat,” kata Roni, yang juga sebagai edukator yang berpengalaman melatih pemula hingga pelaku usaha kopi, pada Rabu (17/12/2025).

“Alhamdulillah ketika kita jual kopi Liberika Meranti, pelanggan yang hadir sekalian kita lakukan edukasi, terkhusus-nya ya kepada orang Riau itu sendiri, agar tercipta kecintaan kepada produk daerah. Selain itu, kopi Liberika ini, kita proses langsung disini, jadi pelanggan bisa melihat prosesnya seperti apa. Tujuan kita menjual kopi Liberika Meranti ini juga untuk mengangkat nama daerah, walaupun dulu tidak sekencang sekarang ya,” tambahnya.

 

Ia menjelaskan, Kopi Nganu sendiri telah berdiri sejak Tahun 2019 yang lalu, sedangkan untuk pendistribusian dan pengolahan kopi Liberika Meranti di Kopi Nganu sudah dimulai sejak Tahun 2022. 

“Karena nyari supliernya lumayan susah, namun alhamdulillah-nya sekarang baru ketemu dengan supplier yang memang di Meranti sebagai prosesor-nya (yang biasa ekspor ke Malaysia dan Singapura),” jelas Roni.

Untuk diketahui, produksi Kopi liberika di Kopi Nganu ini dijual dengan harga ecer, mulai dari 100 gram dibanderol dengan harga Rp44.000, untuk 250 gram itu Rp100.000, 500 gram Rp183.000 dan untuk 1 kilogram-nya itu dibanderol dengan harga Rp332.000, sedangkan untuk yang seduh hanya Rp20.000 saja. 

Bagi Roni, kopi Liberika Meranti juga mendapati pasar tersendiri, sebab lebih banyak orang Riau yang meng-order kopi tersebut. Saat ini, pasar untuk kopi Liberika Meranti sudah luas, karena penjualannya tidak hanya di Provinsi saja. Akan tetapi sudah mencakup pasar nasional.

“Terutama bagi mereka warga Riau yang sedang di berada perantauan, misalkan mereka di Jakarta pengen kopi liberika ya beli disini,” tandasnya.

Bagi banyak orang, kopi liberika bukan sekadar minuman, melainkan simbol potensi lokal yang berdaya saing global. Kemampuannya tumbuh di lahan gambut, ketahanan terhadap hama, dan cita rasa unik menjadikannya kandidat kuat untuk pertanian berkelanjutan.

Lebih dari itu, liberika dapat dibudidayakan melalui sistem agroforestri, memadukan tanaman kopi dengan pohon hutan yang menjaga produktivitas lahan sekaligus melestarikan lingkungan. (mcr)

Terkini