DPRD Yakin Kepulauan Meranti Akan Bangkit di Masa Depan

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:29:09 WIB

JURNALMADANI - Pagi itu, Jumat, 19 Desember 2025, ruang sidang DPRD Kabupaten Kepulauan Meranti terasa berbeda. Suasananya khidmat, sarat makna, seolah menjadi ruang pertemuan antara ingatan masa lalu dan harapan masa depan. Di tempat itulah, Rapat Paripurna Peringatan Hari Jadi Kabupaten Kepulauan Meranti ke-17 digelar, menandai perjalanan sebuah daerah yang lahir dari perjuangan panjang dan pengorbanan banyak orang.

Deretan kursi terisi oleh anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Meranti, Bupati Asmar, Wakil Bupati Muzamil Baharuddin, jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD), serta Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda). Hadir pula pejabat dari Pemerintah Provinsi Riau, para tokoh masyarakat, dan para pejuang pemekaran yang menjadi saksi hidup lahirnya kabupaten kepulauan ini.

Sidang paripurna dipimpin langsung oleh Ketua DPRD Kabupaten Kepulauan Meranti, H. Khalid Ali, didampingi Wakil Ketua Ardiansyah dan Antoni Shidarta. Dalam pidato pembukaannya, Khalid Ali menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi kepada seluruh undangan yang hadir, seraya menegaskan bahwa peringatan hari jadi bukan sekadar seremoni tahunan.

“Di hari yang sangat bermakna ini, kami atas nama Pimpinan dan segenap Anggota DPRD, menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Tuan dan Puan, yang telah sudi mengayunkan tangan dan meringankan langkah untuk hadir dalam Rapat Paripurna DPRD pada hari ini,” ucapnya.

Menurut Khalid, kehadiran para undangan tidak hanya dimaknai sebagai bagian dari peringatan Hari Jadi ke-17 Kabupaten Kepulauan Meranti, tetapi juga sebagai wujud kebersamaan, persaudaraan, dan silaturahmi di antara seluruh elemen masyarakat.

“InshaAllah, peristiwa ini akan memperkuat ikatan batin di antara kita semua sebagai masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti,” tuturnya.

Ia kemudian mengajak seluruh hadirin menengok kembali perjalanan sejarah. Tepat 17 tahun silam, pada 19 Desember 2008, melalui disahkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2009 serta Keputusan Gubernur Riau Nomor 100/PH/58.32, sebuah kabupaten baru resmi lahir dengan nama Kabupaten Kepulauan Meranti.

“Momentum bersejarah tersebut hari ini kita peringati sebagai Hari Jadi Kabupaten Kepulauan Meranti, dan harus dimaknai sebagai langkah awal menuju kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Meranti,” jelas Khalid.

Lebih jauh, ia menegaskan bahwa penetapan Kepulauan Meranti sebagai kabupaten bukanlah proses yang mudah. Ia adalah buah dari jerih payah, pengorbanan, dan perjuangan panjang para tokoh dan pejuang pemekaran yang tak kenal lelah, waktu, maupun harta.

“Banyak di antara mereka yang telah menjemput syahidnya, dan sebagian lainnya masih diberi nikmat usia oleh Allah SWT. Mereka bertungkus-lumus tanpa pamrih demi terwujudnya Kabupaten Kepulauan Meranti yang kita cintai hari ini,” ujarnya dengan suara penuh penghormatan.

Dari lubuk hati yang paling dalam, Khalid mengajak seluruh hadirin untuk memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para pejuang dan pendiri daerah yang telah berpulang, maupun yang masih membersamai perjalanan Meranti hingga kini.

Pidato itu pun dibarengi dengan pembacaan Surah Al-Fatihah, dipimpin langsung oleh Ketua DPRD, sebagai doa dan penghormatan bagi mereka yang telah mengorbankan segalanya demi lahirnya Kabupaten Kepulauan Meranti.

Di usia ke-17 ini, Kepulauan Meranti tidak hanya merayakan pertambahan usia, tetapi juga merawat ingatan—tentang perjuangan, kebersamaan, dan harapan agar negeri kepulauan ini terus melangkah menuju masa depan yang lebih baik.

Dengan nada suara yang penuh harap, Ketua DPRD Kabupaten Kepulauan Meranti, H. Khalid Ali, mengajak seluruh elemen daerah untuk terus mengobarkan dan melanjutkan semangat perjuangan para pendiri. Ia berharap api pengabdian itu tidak pernah padam, demi menjadikan Kabupaten Kepulauan Meranti sebagai negeri yang aman, tenteram, cemerlang, gemilang, dan terbilang—hari ini dan di masa yang akan datang.

Menurut Khalid, Peringatan Hari Jadi ke-17 Kabupaten Kepulauan Meranti bukanlah peristiwa biasa. Ia adalah momen bersejarah bagi seluruh masyarakat, sekaligus ruang perenungan atas perjalanan panjang yang telah dilalui.

“Pertemuan ini merupakan ungkapan rasa syukur yang mendalam kepada Allah SWT atas apa yang telah kita raih. Peringatan Hari Jadi ini menjadi cermin, sejauh mana jati diri anak negeri membawa eksistensi daerah ke arah yang lebih maju, sejalan dengan cita-cita para leluhur dan pelaku sejarah Kabupaten Kepulauan Meranti,” ujarnya.

Ia menegaskan, makna terdalam dari Hari Jadi tidak semata tentang usia, melainkan tentang bagaimana nilai-nilai kebaikan, keikhlasan, perjuangan, dan pengabdian terus hidup dan diwariskan dari generasi ke generasi.

“Setinggi apa pun gelombang dan penghalang yang menghadang, kita akan tetap melangkah untuk meraih cita-cita, mewujudkan masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti yang sejahtera,” tuturnya mantap.

Dalam pidatonya, Khalid juga menyampaikan keyakinannya bahwa Kepulauan Meranti memiliki modal kuat untuk bangkit secara ekonomi. Sejarah masa lalu dan kekayaan potensi daerah, menurutnya, menjadi fondasi penting untuk melompat lebih jauh ke depan.

“Berkaca pada sejarah masa lalu serta berbagai potensi yang dimiliki, saya yakin Kabupaten Kepulauan Meranti akan bangkit dan menjadi lokomotif perekonomian di wilayah Provinsi Riau,” ujarnya optimistis.

Lebih jauh, ia menekankan bahwa Hari Jadi juga merupakan momentum penting untuk memupuk semangat kebersamaan dan persatuan. Meski berbagai capaian dan prestasi telah diraih, Khalid mengingatkan bahwa tugas generasi hari ini adalah menjaga kekompakan dan memperkuat persatuan.

“Sebagai generasi penerus, menjadi tugas utama kita untuk terus membina, menjaga, dan meningkatkan rasa kebersamaan, seraya bersebati, demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat di Bumi Tanah Jantan yang kita cintai ini,” katanya.

Pada kesempatan tersebut, Khalid juga menyampaikan sejumlah pesan penting kepada seluruh hadirin. Pertama, ia mengajak semua pihak untuk menjadi mercusuar dan pedoman bagi anak negeri dalam mengarungi bahtera pembangunan yang penuh tantangan dan harapan.

Kedua, ia menegaskan pentingnya memiliki cita-cita besar—menjadikan Bumi Tanah Jantan sebagai sentral pembangunan di Provinsi Riau. Cita-cita itulah, menurutnya, yang membuat setiap insan bangun lebih pagi, bekerja lebih lama, dan mengabdi dengan sepenuh hati, dilandasi cinta dan tanggung jawab.

Ketiga, Khalid mengingatkan agar seluruh elemen daerah bekerja dengan semangat pantang menyerah. Tantangan dan godaan apa pun tidak boleh menggoyahkan tekad, karena perjalanan menuju cita-cita adalah proses yang harus ditempuh hingga ke garis akhir.

Keempat, ia menekankan pentingnya iman dan takwa, serta menjadikan budaya Melayu sebagai landasan berpijak dalam setiap upaya percepatan pembangunan di berbagai bidang.

Dalam suasana hati yang penuh sukacita, Khalid turut menyampaikan refleksi singkat perjalanan DPRD Kabupaten Kepulauan Meranti. Tanpa terasa, masa kepemimpinan dan keanggotaan DPRD telah memasuki usia satu tahun dua bulan. Dalam rentang waktu tersebut, sebagai lembaga yang merepresentasikan suara rakyat, DPRD telah melahirkan berbagai kebijakan dan keputusan strategis.

Di bidang legislasi, sejak tahun 2024 hingga 2025, DPRD bersama Kepala Daerah telah menyetujui 16 Peraturan Daerah, empat di antaranya merupakan Peraturan Daerah hasil inisiatif DPRD. Peraturan-peraturan tersebut dirumuskan sebagai kebijakan yang diharapkan berdampak positif bagi kemajuan daerah dan berpihak kepada kepentingan masyarakat.

Sementara dalam kebijakan anggaran, Khalid menegaskan bahwa pimpinan dan seluruh anggota DPRD masih memiliki kesatuan pandangan mengenai pentingnya efisiensi anggaran yang tepat sasaran, menyentuh seluruh lapisan masyarakat, serta tetap berpedoman pada aturan yang berlaku.

Dengan menjalankan fungsi pengawasan, DPRD berkomitmen untuk terus melakukan kunjungan kerja ke lapangan, memantau pembangunan, serta mengawasi denyut perekonomian masyarakat.

“Dengan mengedepankan kinerja, sinergitas, dan integritas, kami ingin mewujudkan masyarakat yang madani, agar harapan dan cita-cita kita bersama dapat terwujud,” tegasnya.

Menutup pidatonya, Khalid mengajak seluruh komponen masyarakat untuk merapatkan barisan, menyatukan tekad, dan saling bahu-membahu, sejalan dengan tema Hari Jadi ke-17 Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun 2025.

“Berkolaborasi Menuju Meranti Unggul, Agamis, dan Sejahtera,” pungkasnya, disambut suasana penuh harap akan masa depan Bumi Tanah Jantan.

Sementara itu, Bupati Kepulauan Meranti, AKBP (Purn) H. Asmar, menyampaikan pidato yang sarat perenungan dan rasa syukur. Di hadapan forum paripurna, ia menegaskan bahwa perjalanan Kabupaten Kepulauan Meranti hingga memasuki usia 17 tahun bukanlah semata hasil dari kuatnya narasi politik atau canggihnya strategi pembangunan.

Menurut Asmar, Meranti ada, bertahan, dan terus berkembang karena kehendak dan kasih sayang Sang Pencipta.

“Hari ini, di detik yang bersejarah, kita menyadari sepenuhnya bahwa keberadaan Kabupaten Kepulauan Meranti di usia 17 tahun bukanlah semata-mata karena kuatnya narasi politik atau hebatnya strategi pembangunan. Meranti ada, bertahan, dan berkembang karena hembusan napas kasih sayang Allah yang dicurahkan di atas Tanah Jantan,” ucapnya dengan nada penuh makna.

Ia mengajak seluruh hadirin untuk menundukkan hati, mensyukuri anugerah yang telah diberikan Tuhan kepada negeri kepulauan ini. Dari tanah sagu yang menghidupi masyarakat, selat dan laut yang melimpahkan rezeki, hingga kerukunan yang tetap terjaga di tengah keberagaman.

“Bersyukur atas tanah sagu yang menghidupi, atas selat dan laut yang melimpahkan rezeki, serta atas kerukunan yang tetap terjaga di antara keberagaman,” lanjutnya.

Asmar menggambarkan 17 tahun perjalanan Kabupaten Kepulauan Meranti sebagai sebuah bentangan sejarah yang sarat dengan kegigihan dan martabat. Jika menengok ke belakang, jejak langkah kolektif itu terlihat jelas—perjalanan panjang sebuah daerah yang dahulu mungkin luput dari pandangan, kini bertransformasi menjadi wilayah yang diperhitungkan.

“Dari sebuah wilayah yang dulu mungkin luput dari pandangan, kini Meranti telah bertransformasi menjadi daerah yang diperhitungkan, sebuah beranda depan negara yang terus bersolek dengan kemandirian,” tuturnya.

Lebih jauh, Asmar menegaskan bahwa tanah tempat seluruh elemen daerah berpijak hari ini adalah tanah yang lahir dari keringat keberanian dan air mata ketulusan para pejuang pemekaran. Kehadiran para pemimpin dan wakil rakyat dalam ruang sidang paripurna itu, menurutnya, merupakan simbol penghormatan terhadap kesinambungan perjuangan.

“Kami sadar, tanah tempat kita berdiri ini adalah tanah yang lahir dari keringat keberanian dan air mata ketulusan para pejuang pemekaran. Duduknya kita di ruangan yang mulia ini adalah bentuk penghormatan terhadap keberlanjutan,” ungkapnya.

Ia menegaskan bahwa estafet perjuangan para tokoh pendiri Kabupaten Kepulauan Meranti kini berada di tangan generasi penerus yang memikul amanah besar. Pemerintahan hari ini, kata Asmar, tidak sekadar menjalankan roda birokrasi, melainkan merawat harapan yang telah dititipkan oleh ribuan masyarakat di seluruh penjuru daerah.

“Kita tidak sedang sekadar melanjutkan sebuah birokrasi, melainkan sedang merawat sebuah harapan besar yang dititipkan oleh ribuan masyarakat, dari Tanjung Harapan hingga pelosok Pulau Merbau, dari Tanjung Kedabu hingga ke pedalaman Teluk Buntal,” tegasnya.

Pidato itu menjadi penanda bahwa peringatan Hari Jadi ke-17 bukan hanya soal usia, tetapi tentang kesadaran kolektif akan amanah sejarah—bahwa Kepulauan Meranti adalah hasil dari doa, perjuangan, dan harapan, yang harus terus dijaga agar tetap tumbuh sebagai negeri yang bermartabat dan berdaya.

Sepanjang satu tahun terakhir, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti terus berupaya menjaga ritme pembangunan agar tetap berjalan di atas rel yang benar. Di tengah dinamika fiskal nasional yang penuh tantangan, kegigihan seluruh jajaran Pemerintah Daerah—dengan dukungan penuh legislatif—perlahan membuahkan hasil yang nyata di berbagai sektor strategis.

Salah satu capaian paling fundamental adalah keberhasilan Kabupaten Kepulauan Meranti meraih Universal Health Coverage (UHC) Award 2025. Penghargaan ini bukan sekadar simbol prestasi, melainkan bukti konkret bahwa lebih dari 98 persen masyarakat Meranti kini telah terlindungi oleh jaminan kesehatan. Sebuah ikhtiar besar untuk memastikan tidak ada lagi warga yang diliputi kecemasan saat sakit hanya karena keterbatasan biaya.

Bagi Pemerintah Daerah, kesehatan masyarakat bukan sekadar program, melainkan modal utama untuk membangun daerah yang unggul. Tubuh yang sehat menjadi fondasi bagi produktivitas, pendidikan, dan daya saing masyarakat kepulauan.

Di sektor infrastruktur, pemerintah terus memacu pembangunan jalan lingkar serta peningkatan fasilitas pelabuhan. Langkah ini ditempuh sebagai upaya nyata memutus isolasi wilayah yang selama ini menjadi tantangan klasik daerah kepulauan. Jalan, disadari sepenuhnya, adalah urat nadi ekonomi. Ketika akses terbuka, distribusi barang menjadi lebih lancar, harga kebutuhan pokok dapat ditekan, dan layanan kesehatan—terutama bagi ibu hamil dan warga yang sakit—dapat dijangkau dengan lebih cepat dan aman.

Memasuki usia ke-17, Kepulauan Meranti ingin membuktikan bahwa pembangunan tidak hanya diukur dari beton dan aspal. Lebih dari itu, pemerintah bertekad membangun sistem pemerintahan yang bersih, berwibawa, dan taat asas—sebuah fondasi yang menentukan keberlanjutan pembangunan di masa depan.

Namun di balik capaian yang patut disyukuri, kejujuran menuntut pemerintah untuk tetap menapak bumi. Pemerintahan hari ini tidak hanya berdiri untuk memaparkan keberhasilan, tetapi juga untuk menyampaikan tantangan yang masih membebani.

Salah satu pekerjaan rumah terbesar yang belum sepenuhnya terselesaikan adalah persoalan kemiskinan. Di balik deretan angka statistik, masih ada warga yang berjuang memenuhi kebutuhan paling dasar. Masih ada saudara-saudara di pelosok desa yang hari-harinya diwarnai kekhawatiran tentang apa yang bisa dimakan esok hari.

Kesadaran inilah yang terus dipegang teguh—bahwa pembangunan sejatinya bukan tentang seberapa banyak capaian yang diumumkan, melainkan seberapa jauh kehadiran pemerintah benar-benar dirasakan oleh mereka yang paling membutuhkan. Dan pekerjaan rumah itu, bagi Kepulauan Meranti, adalah amanah yang tak boleh dilupakan sedetik pun.

Sebagai daerah kepulauan, Kepulauan Meranti tumbuh di atas tantangan alam yang tidak ringan. Biaya logistik yang tinggi serta kerentanan terhadap abrasi pantai menjadi persoalan nyata yang menuntut solusi berbasis teknologi dan dukungan anggaran yang besar. Tantangan geografis ini bukan sekadar catatan teknis pembangunan, melainkan kenyataan sehari-hari yang harus dijawab dengan kebijakan yang berpihak dan berkelanjutan.

Letak Meranti yang berada di pintu masuk internasional juga membawa konsekuensi tersendiri. Posisi strategis ini menjadikannya wilayah yang rawan terhadap berbagai ancaman lintas batas. Karena itu, menjaga generasi muda dari bahaya narkotika dan perilaku menyimpang yang dapat merusak masa depan menjadi perhatian serius pemerintah daerah.

Di saat yang sama, penciptaan lapangan kerja bagi generasi muda Meranti ditetapkan sebagai prioritas utama. Pemerintah ingin anak-anak Meranti tumbuh sebagai pelaku pembangunan di tanah kelahirannya sendiri, bukan sekadar menjadi penonton di rumah sendiri.

Upaya itu perlahan menunjukkan hasil. Persentase cakupan pelayanan infrastruktur dasar meningkat signifikan, dari 66,87 persen pada tahun 2024 menjadi 79,17 persen di tahun 2025. Konektivitas antar pulau pun kian terbuka, memperpendek jarak, mempercepat akses, dan menggerakkan roda perekonomian masyarakat kepulauan.

Namun, pemerintah menyadari sepenuhnya bahwa dinamika zaman menuntut langkah yang lebih cepat dan lebih adaptif. Peringatan Hari Jadi ke-17 Kabupaten Kepulauan Meranti dijadikan momentum untuk mempererat barisan, menyatukan frekuensi, dan melipatgandakan energi kolektif. Pemerintah menegaskan hadir bukan untuk merasa puas dengan capaian yang ada, melainkan memastikan setiap derap langkah pembangunan ke depan benar-benar menyentuh sendi-sendi kehidupan masyarakat secara adil.

Komitmen itu dirangkum dalam tema besar: Kolaborasi Menuju Meranti Unggul, Agamis, dan Sejahtera. Sebuah tekad untuk melangkah dalam satu irama, dengan keyakinan bahwa sebesar apa pun cita-cita yang dicanangkan, ia hanya akan menjadi nyata ketika kepentingan rakyat diletakkan di atas segalanya.

Pada tahun ini, komitmen tersebut turut diperkuat dengan capaian membanggakan, yakni diraihnya predikat Istimewa pada Indeks Reformasi Hukum dengan nilai 96,38 persen. Capaian ini menjadi penegasan bahwa di usia ke-17, Meranti tidak hanya membangun fisik, tetapi juga membangun sistem pemerintahan yang bersih, berwibawa, dan taat asas.

Meski demikian, kejujuran menuntut pemerintah untuk tetap menapak bumi. Di balik capaian yang belum sepenuhnya sempurna, masih ada tantangan besar yang membebani—terutama dalam menekan angka kemiskinan. Di balik statistik, masih ada warga yang berjuang memenuhi kebutuhan pokok, masih ada saudara-saudara di pelosok desa yang hari-harinya ditentukan oleh pertanyaan sederhana: apa yang bisa dimakan esok hari. Inilah pekerjaan rumah yang tidak boleh dilupakan sedetik pun.

Pemerintah pun menegaskan bahwa kolaborasi bukan sekadar berkumpul dalam satu ruangan, melainkan bersepakat dalam satu tujuan. Meranti terlalu besar untuk dipikul oleh satu pundak, namun akan terasa ringan jika diangkat bersama—antara pemerintah dan DPRD, antara ulama dan umaro, antara pengusaha dan pekerja. Semua adalah satu ekosistem yang tidak boleh saling melemahkan.

Peringatan hari jadi ini pun dijadikan ajang memperkuat tekad bersama: bahwa Meranti adalah rumah besar yang harus dibangun dengan cinta, dijaga dengan nilai-nilai agama, dan dihantarkan menuju gerbang kesejahteraan yang hakiki.

Menatap masa depan, pemerintah mengajak seluruh masyarakat untuk tidak memandangnya dengan kecemasan, melainkan dengan keyakinan. Negeri ini tidak dilahirkan untuk menjadi saksi bisu kemajuan daerah lain, tetapi untuk menjadi pelopor di beranda terdepan.

Tujuh belas tahun telah dilalui dengan pasang dan surut. Namun seperti batang sagu yang tak pernah goyah meski akarnya terendam asin air laut, begitulah hendaknya Meranti—lentur menghadapi perubahan, namun tetap kokoh menjaga prinsip dan marwah.

Harapan pun dititipkan kepada setiap tangan yang bekerja di tanah ini: jangan pernah lelah mencintai Meranti. Sebab sehebat apa pun rencana dan sekuat apa pun anggaran, semuanya hanya akan menjadi tumpukan kertas tanpa doa dan kerja keras masyarakatnya.

Dan kelak, ketika anak cucu bertanya tentang hari ini, semoga jawaban yang lahir adalah kebanggaan tujuh belas tahun lalu, pemimpin dan rakyat Meranti bersatu dan dari sanalah kejayaan itu bermula. (Humas Setwan)

Terkini