UU KPK Berlaku, Pakar Hukum: Posisi KPK Tak Jelas

UU KPK Berlaku, Pakar Hukum: Posisi KPK Tak Jelas
Refly Harun dalam diskusi Dialektika Demokrasi di Komplek Parlemen, Jakarta. Foto Tempo
JAKARTA - Tanpa tanda tangan Presiden Jokowi, UU KPK yang baru mulai berlaku setelah disahkan oleh rapat paripurna DPR. Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun mengatakan saat ini posisi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadi tidak jelas.
 
"Ada beberapa ketentuan yang sudah berlaku misalnya soal status pimpinan KPK bukan penyidik. Ketika dikatakan bukan lagi penyidik karena sudah dihapus, apakah kemudian bisa melakukan tugas penyidik?," kata Refly kepada Kamis 17 Oktober 2019 dilansir Tempo.
 
Konsekuensi dari tidak jelasnya posisi dan wewenang KPK dalam menangani kasus, ujar dia, bisa berakibat pada penggugatan oleh tersangka ke pengadilan.
 
Ketika menetapkan sebagai tersangka, mereka sudah bisa melakukan bahwa penyadapan tidak boleh dilakukan karena harus izin Dewan Pengawas. Sedangkan Dewan Pengawas yang disebutkan dalam UU KPK baru belum dibentuk.
 
"UU ini banyak lubang yang bikin tersangka bisa menggugat di peradilan," ujarnya.
 
Meski begitu, jika di dalam UU KPK yang baru tidak ada pasal tentang aturan peralihan, maka KPK masih bisa melanjutkan proses penyidikan dan penyelidikan seperti biasa setelah UU KPK baru berlaku.
 
"Kalau aturan peralihan enggak ada, ya KPK bisa bekerja seperti semula. Enggak ada masalah." sebutnya. (red)

Berita Lainnya

Index