Pengamat Menilai Dua Periode Firdaus-Ayat Memimpin Tak Berbuat Apa-apa

Pengamat Menilai Dua Periode Firdaus-Ayat Memimpin Tak Berbuat Apa-apa
Walikota dan Wakil Walikota Pekanbaru, Firdaus-Ayat
PEKANBARU - Satu dekade sudah pasangan Firdaus-Ayat Cahyadi memimpin Pemerintah Kota Pekanbaru. Terhitung sejak 2012 silam hingga berakhir masa jabatannya pada 22 Mei 2022 mendatang.
 
Pengamat Kebijakan Publik yang juga aktivis lingkungan, Rawa El Mady, menilai bahwa Firdaus-Ayat tidak melakukan apa-apa bagi Kota Pekanbaru. Kepemimpinan mereka dinilai tidak memiliki terobosan yang baru bagi masyarakat.
 
Menurut Rawa, pasangan Walikota dan Wakil Walikota Pekanbaru yang mengusung konsep kota Smart City Madani ini juga belum mampu mewujudkan cita-cita tersebut. Bahkan, permasalahan yang sudah sejak lama terjadi tidak bisa dituntaskan selama mereka menjabat.
 
Tak hanya itu, mereka juga dinilai gagal dalam membangun infrastruktur pelayanan masyarakat. Infrastruktur yang sudah ada, juga tidak mampu dikembangkan oleh Firdaus-Ayat. Komponen dasar pelayanan di pemerintah kota saat ini tidak ditemukan dalam kepemimpinan mereka.
 
"Pelayanan dasar di antaranya, pengobatan, kesehatan, pendidikan, keamanan, infrastruktur kota. Itu kita jumpai tidak? Ada nggak perubahannya sejak dia mimpin sampai sekarang? Kalau lihat infrastruktur kota itu, yang berkembang apa," ujarnya, Rabu (11/5/2022), dilansir halloriau.com.
 
Ia mencontohkan pelayanan transportasi saat ini. Menurutnya, layanan transportasi saat ini tidak ada perkembangan.
 
"Setahu saya tidak ada penambahan transportasi itu. Jadi pelayanan transportasi untuk masyarakat itu tidak ada. Dia hanya menyediakan bus dan itu adanya kan zaman almarhum Herman (mantan Walikota Pekanbaru) kan. Sekarang zaman dia (Firdaus-Ayat) apa," katanya.
 
Lanjut dikatakannya, transportasi bus yang saat ini juga tidak bisa mengantarkan masyarakat ke seluruh titik. Pelayanan transportasi tersebut hanya pada jalan-jalan umum saja.
 
"Firdaus itu terbantu karena adanya kendaraan online itu, kalau nggak ada itu, masyarakat Pekanbaru itu seperti berjalan di hutan. Karena nggak ada transportasi yang menjangkau secara luas ke pelosok Pekanbaru," ungkapnya.
 
Selain layanan transportasi, dirinya juga mengungkapkan kegagalan Firdaus-Ayat dalam menangani banjir dan sampah. Ia menilai banjir di Pekanbaru saat ini belum hilang, dan bahkan bertambah parah. Begitu juga dalam penanganan sampah, yang setiap tahunnya bermasalah.
 
"Banjir itu tidak berubah, bahkan tambah parah, kemudian sampah, sampah juga tidak ada perubahan yang signifikan, bisa kita lihat, masih ada setiap tahun masalah sampah," terangnya.
 
Dikatakannya, selama Firdaus-Ayat memimpin Pekanbaru, dari tata struktur kota dan pelayanan masyarakat, dirinya tidak menemukan perubahan yang dilakukan Firdaus-Ayat.
 
"Kita tidak menemukan yang baru atau perubahan yang dibuat oleh Firdaus. Belum masalah lain seperti pendidikan, kesehatan, apa terobosan yang dia buat? Nggak jumpa apa-apa kita," sebutnya.
 
Tak hanya itu, Pekanbaru Smart City Madani yang diusung Firdaus-Ayat hanya sebatas slogan. Pekanbaru smart city madani.
 
"Madani itu orang dimanusiakan, itu hanya slogan tapi dalam kenyataannya sehari-hari kita nggak lihat, nggak ada sentuhan langsung ke masyarakat," jelasnya.
 
"Kemudian konsep smart city, sebuah kota yang memaknai ruang itu secara tepat. Ruang, dimana-mana kita temukan ada pedagang, tidak ada penataan ruang secara tepat. Kemudian konektivitas, memaknai jaringan internet, smart city yang berbasis internet itu dimana? Jadi orang di mana pun berada bisa beraktivitas secara baik melalui internet, tapi ini nggak ada," sambungnya.
 
Berdasarkan hal itu, Rawa El Mady menyebut tidak menjumpai sebuah proses yang diharapkan oleh masyarakat.
 
"Pusat kota aja dipindahkan jauh ke Tenayan sana, siapa yang bisa ke sana? Aksesnya apa? Ini menjauhkan hubungan masyarakat dengan pemerintah jadinya, sementara akses internet tidak bekerja secara baik. Membuka kota baru tapi malah memberi beban kepada masyarakat," pungkasnya. (red)

Berita Lainnya

Index