Pakai PLTS, Surabaya Mampu Hemat Biaya Listrik

Pakai PLTS, Surabaya Mampu Hemat Biaya Listrik
Salah satu traffict light di Jalan Diponegoro, Surabaya, menggunakan teknologi pembangkit listrik tenaga matahari atau solar cell
SURABAYA - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menggunakan teknologi solar cell atau pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang diaplikasikan ke sejumlah titik traffic light (TL), penerangan jalan umum, rumah pompa, Terminal Purabaya, sekolah, hingga kantor instansi pelayanan publik.
 
Selain bertujuan untuk meminimalisir saat terjadi gangguan listrik padam, teknologi ini juga dinilai bermanfaat pada penghematan anggaran yang dikeluarkan Pemkot Surabaya.
 
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, pengunaan solar cell di lingkungan Pemkot Surabaya dimulai pada tahun 2016 lalu.
 
Awalnya, saat itu terjadi peristiwa angin puting beliung yang menerjang di sejumlah kawasan Kota Surabaya.
 
Imbasnya, sejumlah kantor instansi pemerintahan tidak bisa melayani karena aliran listrik terganggu akibat terjadinya angin puting beliung tersebut.
 
"Selain itu, sejumlah ruas jalan juga mengalami kemacetan lalu lintas akibat dari lampu traffic light yang tidak berfungsi dengan baik karena aliran listrik terganggu," kata Risma, Selasa (6/8/2019).
 
Dengan adanya gangguan tersebut, Risma mengaku akhirnya memutuskan untuk menggunakan teknologi solar cell tersebut.
 
Menurut dia, hingga saat ini, Pemkot Surabaya belum pernah mengalami kendala saat melayani warganya yang diakibatkan putusnya aliran listrik.
 
"Kami sudah pasang (solar cell) di banyak titik, sekarang ada 100 titik, kami sudah pasang hampir 70 persen," ucap Risma.
 
Sebelum menggunakan teknologi pembangkit listrik tenaga surya, Risma mengaku bahwa Pemkot Surabaya harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 1 juta per bulan untuk satu titik traffic light.
 
Biaya itu digunakan untuk daya serta instalasi listrik. Namun, Risma menyebut, saat ini pemkot hanya mengeluarkan biaya untuk sewa meteran sekitar Rp 90.000.
 
"Sebab, semua itu memang harus ada redundant-nya (backup), tidak bisa hanya mengandalkan satu," tutur Risma, dilansir Kompas.
 
Selain memasang solar cell, imbuh Risma, Pemkot Surabaya juga menambahkan genset pada rumah-rumah pompa yang tersebar di Kota Surabaya.
 
Ia melanjutkan, salah satu piranti penting dalam mencegah banjir adalah rumah pompa.
 
Risma menyebut, di Surabaya terdapat 56 titik rumah pompa yang terpasang genset untuk mengatasi situasi apabila terjadi keterbatasan energi listrik.
 
"Jadi, kami cover kalau listrik mati itu masih bisa nyala, kemudian itu (solar cell dan genset) kami jaga supaya bisa ter-cover terus," imbuh Risma. (red)

Berita Lainnya

Index