Sungai Aare di Swiss Tempat Berenang Anak Ridwan Kamil Dulunya Kotor Penuh Limbah

Sungai Aare di Swiss Tempat Berenang Anak Ridwan Kamil Dulunya Kotor Penuh Limbah
Sungai Aare yang kini bening dan bersih. Foto (dok. Bern)
SWISS - Sungai Aare di Bern, Swiss yang menjadi tempat anak sulung Ridwan Kamil, Emmeril Khan Mumtadz, terseret arus saat berenang, punya fakta menarik. Dulu, sungai ini bisa dibilang kotor dan kumuh, seperti halnya sungai dan danau di Swiss yang lain.
 
"Pada hari ini, aliran air sungai dan danau yang bersih adalah biasa di Swiss dan negara ini menjadi model dalam hal kualitas air. Sukar dipercaya bahwa di danau Swiss, mandi di sana dulu adalah terlarang," tulis Swissinfo yang dikutip detikINET.
 
Michael Hengartner, seorang ahli biokimia dan biologi molekuler Swiss-Kanada, pernah menyebutkan di masa lalu, kualitas air di Swiss jauh lebih buruk daripada sekarang. Busa mengapung di banyak tempat di sungai dan ada hamparan alga di danau.
 
Lebih parahnya lagi, banyak air limbah mengalir. Itu karena sampai tahun 1960-an, hanya sekitar 15% dari populasi di Swiss terkoneksi dengan pengolahan limbah. Maka, air limbah kadang langsung dibuang di sungai. Bahkan limbah dari pabrik yang mengandung racun pun langsung dialirkan begitu saja. Parah bukan?
 
Michael Scharer selaku warga yang menjabat kepala Water Body Protection Section dulu pada masa kecilnya pernah melihat kapal-kapal sampai dikerahkan untuk mengambil alga yang menjamur di danau.
 
Bahkan pada masa orang tuanya masih hidup, orang tak jarang jatuh sakit dan diare jika mereka tak sengaja menelan air saat berenang.
 
Polusi air begitu kentara, dengan busa-busa tersembul di permukaan, kadang muncul tisu toilet, hamparan alga, sampai ikan-ikan yang mati mengapung di permukaan. Baunya juga luar biasa pada saat itu.
 
Pada tahun 1963, sempat terjadi wabah tipes di sebuah resort pegunungan, di mana 3 orang meninggal dunia dan 450 jatuh sakit. Diduga ada kaitannya dengan polusi di perairan.
 
Keadaan itu membuat warga Swiss ingin bertindak dan mereka meminta dilakukan perubahan kebijakan agar perairan di Swiss tidak kotor lagi. Pada tahun 1971, pengelolaan air limbah akhirnya punya aturan hukum.
 
Keseriusan pemerintah Swiss mengelola air limbah dan kesadaran warganya berbuah manis. Pada tahun 2005, sudah 97% populasi terhubung dengan pengelolaan air limbah terpusat. Tahun 2017, jaringan selokan sudah sepanjang 130 ribu kilometer dan ada 800 pusat pengelolaan air limbah.
 
Namun memang biaya yang harus dikeluarkan tidak murah. Ekspansi infrastruktur sistem limbah dan lain-lainnya, membutuhkan kurang lebih 50 miliar franch Swiss.
 
Hasilnya memang membanggakan di mana Scharer menyebut upaya Swiss membersihkan dan melindungi perairan sebagai cerita sukses. Warga pun bisa berenang tanpa takut menelan air dan para turis kagum. Hal itu menurutnya adalah sebuah kemewahan, termasuk bagaimana air bisa diminum langsung dari keran.
 
Di masa depan masih ada tantangan, seperti menyaring mikropolutan. Pemerintah Swiss berencana melengkapi pengelolaan limbah dengan tambahan teknologi anti mikropolutan yang saat ini belum ada. (red)

Berita Lainnya

Index