Pesona Kebun Durian Pusaka di Desa Senderak Bengkalis

Pesona Kebun Durian Pusaka di Desa Senderak Bengkalis
Kebun durian Pusako di Desa Senderak, Kabupaten Bengkalis, Riau (Foto oleh Heru Maindikali)

BENGKALIS - Bulan Juni ini merupakan saat yang tepat bagi pecinta durian untuk berkunjung ke Desa Senderak, Kabupaten Bengkalis, Riau. Pasalnya, musim panen durian telah tiba di desa yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia itu.

Durian sangat populer di kalangan sejumlah orang. Populer disebut sebagai King of Fruit alias raja dari segala buah. Sehingga buah ini mendapat julukan “King of Fruit” di Asia Tenggara.

Buah dengan nama latin durio zibethinus ini tumbuh dengan baik di Desa Senderak. Kulit buahnya keras, menyerupai duri, dan memiliki alur yang runcing. Rasa manis legitnya sudah tidak diragukan lagi, bisa dicicipi di lidah.

Berdasarkan data pemerintah daerah, Desa Senderak merupakan pemekaran dari Desa Sebauk pada tahun 2012. Jumlah penduduk Desa Senderak pada tahun 2018 sebanyak 667 jiwa. Di desa ini, pohon durian tumbuh subur di pekarangan rumah dan juga tumbuh di ladang keluarga.

Mayoritas kebun durian di desa ini adalah kebun warisan. Warisan dari ratusan tahun yang lalu dari nenek moyang atau nenek moyang penduduk desa setempat.

Seorang warga sekitar, Boby Faisal (48) mengatakan, usia pohon durian di taman pusaka Desa Senderak bisa mencapai 50 tahun, bahkan 100 tahun lebih.

"Durian pusako itu warisan nenek moyang. Sejak belum lahir, pohon pusako durian ini sudah ado (ada, red)," kata Boby, pria paruh baya yang akrab disapa Pak Lung, Jumat (24/6/2022).

Pak Lung memiliki kebun durian yang luasnya hampir 4 hektar. Ukuran batang pohon durian pusako di kebun bisa mencapai 3 orang dewasa.

“Usianya bervariasi, mulai dari 20 tahun hingga 100 tahun lebih. Di kebun kami total ada 40 pohon durian,” jelasnya.

Dia diberitahu bahwa setahun sekali pada bulan Juni, adalah momen panen durian di Desa Senderak. Jumlah durian yang dipanen bisa mencapai puluhan ribu durian.

“Jumlah duriannya bisa mencapai puluhan ribu. Hasilnya kami jual di kota Bengkalis, bahkan hingga kota Pekanbaru, Dumai, dan Batam,” ujarnya.

Pak Lung merawat pohon durian tanpa menggunakan pupuk kimia. Sehingga aroma dan rasa buah durian yang dihasilkan mampu memanjakan para pemburu.

"Kalau lagi banjir (panen), satu pohon durian pusako bisa mencapai 500 buah. Untuk hasil buah dari satu kebun bisa mencapai 5.000 durian. Tapi kalau panennya tidak maksimal hanya bisa mencapai 80 durian," katanya.

Pak Lung menjelaskan harga satu durian besar yang dijualnya Rp 40.000, ukuran sedang Rp 30.000, dan ukuran kecil Rp 20.000.

Namun, tambah Pak Lung, panen durian tahun ini tidak begitu banyak dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan faktor alam yang menyebabkan gugurnya bunga durian.

“Tahun ini hasilnya tidak banyak. Bunga durian banyak yang berguguran. Mungkin karena cuaca buruk atau faktor alam lainnya,” kata Pak Lung.

Meski begitu, kebun durian pusako yang ia rawat tetap menghasilkan buah durian yang berkualitas dan masih didatangi sejumlah pembeli dari kota Bengkalis maupun luar kota yaitu Pekanbaru.

Warga Pekanbaru, Novriansyah (35) mangaku sangat menyukai rasa durian di kampung. Menurutnya, rasa manis bercampur sedikit pahit menjadi istimewa dan menggugah selera untuk mencicipi durian.

“Rasanya sangat puas bisa menikmati durian di sini. Saya datang dari Pekanbaru khusus untuk mencicipi durian ini. Saya beli 10 buah, alhamdulillah setelah dicoba tidak ada yang salah. Semuanya enak,” kata Novriansyah. (mcr)

Berita Lainnya

Index