Mario Teguh: Jangan Membatasi Agama yang Besar dengan Istilah yang Sempit

Mario Teguh: Jangan Membatasi Agama yang Besar dengan Istilah yang Sempit
Mario Teguh

SOSOK Mario Teguh tentu sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat Indonesia. Selain kehidupan pribadinya, agama yang diyakini sang motivator turut mengundang rasa penasaran.

Mario Teguh juga sempat digadang - gadang sebagai motivator dengan bayaran termahal. Bagaimana tidak, untuk satu jam acara yang dipandunya, pihak penyelenggara rumornya harus merogoh kocek hingga ratusan juta.

Nama Mario Teguh kian meroket sebagai motivator usai memiliki program acara yang dipandunya sendiri di salah satu televisi swasta, dan memiliki slogan khas yaitu “Salam Super.”

Mario Teguh sempat mengenyam pendidikan tingkat SMA di Arsitektur New Trier West High, Amerika Serikat. Lalu melanjutkan perguruan tingginya di Universitas Negeri Malang dengan mengambil jurusan Linguistik dan Pendidikan Bahasa Inggris.

Ia juga pernah berkuliah di Sophia University, Jepang, dan Indiana University, Amerika Serikat, lalu bergelut di bidang konsultan hingga menjadi pengusaha.

Mengeluarkan deretan judul buku dan memiliki jenjang karier yang sukses, Mario Teguh sempat digadang-gadang sebagai motivator dengan bayaran termahal di Indonesia.

Kabarnya, nominal untuk mengundang Mario Teguh sebagai motivator ada di angka Rp150 juta per jam. Namun saat berada di puncak popularitasnya, namanya terseret isu miring usai seorang pria bernama Ario Kiswinar mengaku sebagai anaknya dari istri pertamanya, Aryani Soenarto.

Sejak saat itu, Mario Teguh kerap absen dari layar kaca. Kendati begitu, hingga saat ini suami dari Linna Teguh tersebut cukup aktif membagikan video berisikan motivasi positif di kanal YouTube dan akun Instagram pribadinya.

Mario Teguh merupakan pria yang lahir di Makassar pada 5 Maret 1956 silam dengan nama Sis Maryono Teguh. Tidak banyak yang tahu, ia memiliki darah campuran yang didapat dari kedua orang tuanya.

Ditanya Soal Agama

Saat menjadi narasumber di program talkshow salah satu TV nasional di Jakarta, Mario Teguh mengatakan "Jangan membatasi agama yang besar dengan istilah istilah yang sempit".

Mario Teguh bersama istrinya saat hendak berangkat umroh. /Twitter @marioteguh/

 

Mario Teguh adalah seorang motivator kondang. Program Mario Teguh Golden Ways-nya di salah satu TV nasional beberapa tahun lalu sempat menjadi salah satu program favorit masyarakat Indonesia.

Saat menjadi narasumber di program talkshow, Mario mengatakan banyak sekali orang yang bertanya, apakah dia seorang muslim atau non muslim.

"Mungkin karena bicara saya yang tidak lazimnya seorang yang beragama Islam. Tampil sebagai pribadi yang profesional, mungkin saya dicurigai tidak beragama Islam dari awal," kata Mario dalam wawancaranya.

Pemilik nama asli Sis Maryono Teguh yang lahir di Makassar ini bahkan mengaku bahwa dirinya adalah Muslim dari lahir dan merupakan poros tengah antara Muhammadiyah dan NU.

"Saya Muslim sejak kelahiran. Ibu saya dari Ujung Pandang Bugis Arab (organisasi) Muhammadiyah. Ayah saya Jawa campuran Cina sedikut (organisasi) NU. Jadi anaknya ni poros tengah," ujarnya sembari tersenyum ringan.

Oleh karena itu, dikatakan Mario juga bahwa dirinya merasa terundang untuk menyampaikan kepada sahabat - sahabatnya yang Muslim dan Muslimah, untuk tampil se-universal mungkin.

Menurut Mario mengapa kita harus membatasi agama yang besar itu ke dalam pengertian yang sempit dalam kata-kata.

"Kita ingin hidup yang barokah, berkah, terberkati. Tapi kalau ada yang bicara pemberkatan terberkati, oh bukan Islam. Mengapa kita batasi agama (Islam) yang besar itu ke dalam pengertian pengertian yang sempit dalam poket galeri, dalam kata kata? Bukankah doa yang paling besar adalah kehidupan yang dijadikan doa?," ujar Mario Teguh. (*)

Berita Lainnya

Index