ANALISIS - Program 14 Tahun Menuju Indonesia Juara: Sebuah Ide dari Timnas Jerman

ANALISIS - Program 14 Tahun Menuju Indonesia Juara: Sebuah Ide dari Timnas Jerman
Pemain Timnas Indonesia berkumpul seusai pertandingan Piala AFF 2022 (Foto: MPI/Astra Bonardo)

KETIKA Timnas Indonesia gagal lagi menjadi Juara Piala AFF untuk kesekian kalinya, saya tidak heran. Kenapa? Mohon maaf harus saya katakan passing saja masih sering salah, jadi tidak heran kalau Juara Asia Tenggara untuk level Timnas Senior terakhir kali diraih pada tahun 1991. Kita masih sulit mengalahkan Vietnam dan Thailand di level senior untuk saat ini.

Salahkah STY? Jawabannya Tidak. Lalu apa yang harus kita lakukan agar di masa depan Timnas Indonesia tidak gagal lagi? Kita harus mencontoh Timnas Jerman yang gagal total pada Piala Eropa 2000, tetapi kemudian menjadi Juara Piala Dunia 2014.Ya, butuh 14 tahun untuk menjadi Juara Dunia setelah antah berantah di level Eropa. No instant.

Apa yang dilakukan Jerman selama 14 tahun tersebut? DFB (PSSI-nya Jerman) berbenah total. DFB mewajibkan seluruh klub Bundesliga 1 dan 2 memiliki akademi untuk membina pemain sejak berumur 8 tahun (U-8). Diajarkanlah teknik dasar bola seperti passing, kontrol bola, dribbling, heading, shooting dll. selama 2 tahun.

Pada usia 10 tahun digelar Kompetisi U-10 yang langsung ditangani Federasi. Di negara kita, untuk saat ini hal ini masih diabaikan. Buktinya kompetisi U-10 diadakan oleh Non-Federasi, contohnya IJSL (Indonesia Junior Soccer League). Mulai kepengurusan baru nanti, PSSI harus mengajak kolaborasi lembaga swasta yang getol mengadakan Kompetisi Usia Dini.

Muncul pertanyaan lagi siapa yang akan menjadi pelatihnya? Bagaimana dengan pendidikan formal akademis para pemainnya? PSSI harus melakukan koordinasi dengan Mendiknas untuk memberdayakan guru olahraga di Sekolah untuk menjadi pelatih di Akademi Klub tentu saja harus disertifikasi minimal Lisensi C PSSI. Hal ini untuk mengantisipasi kekurangan stok pelatih. Karena setiap klub wajib menyediakan 13 pelatih untuk masing-masing kelompok umur mulai dari U-8 sampai dengan U-20.

Tim Kepelatihan Timnas ataupun Direktur Teknik PSSI akan berkeliling Akademi Klub Liga 1 dan 2 untuk menyamakan visi yang disebut Filanesia (Filosofi Sepakbola Indonesia).  Kemudian lulusan dari Akademi Klub Sepakbola, ijazahnya harus diakui/disamakan dengan Sekolah Umum seperti Lulusan U-12 setara dengan Ijazah SD, Lulusan U-15 setara dengan Ijazah SMP dan Lulusan U-18 setara dengan Ijazah SMA.

Tugas lain, membangun infrastrukturnya. Jerman saja yang sudah mempunyai fasilitas mewah di klub-klub mereka, tetap menggelontorkan 20 Juta Euro untuk pengembangan bakat ini, apalagi Indonesia. Setiap Klub Liga 1 dan 2 wajib membangun Akademi.

Infrastruktur dan pelatih saja masih belum cukup untuk memenuhi fasilitas Akademi. Klub wajib menempatkan dokter, fisioterapis dan pelatih fisik di Akademi yang mereka miliki untuk menjaga dan meningkatkan performa para pemain muda. Data para pemain baik data medis, karakteristik personal, analisa performa atau hasil tes medis.

Jika Klub-Klub Liga 1 dan 2 sudah berinvestasi membangun infrastruktur sedemikian rupa. Maka saatnya PSSI membangun Training Center Timnas untuk menghadapi event internasional sehingga tidak perlu lagi nomaden ataupun meminjam fasilitas klub. Target sasarannya jika semua ini sudah dilakukan? Saya yakin jika program ini tidak terganggu oleh faktor apapun, Timnas Indonesia di Level Senior dalam waktu 14 Tahun akan menjadi Juara Asia Tenggara, Juara Asia dan menembus Piala Dunia melalui Jalur Kualifikasi pada Tahun 2038 (bukan jalur tuan rumah).

Pasti pembaca bertanya, apakah ini hanya teori belaka? Saya pernah membuktikannya minimal untuk level nasional. Tahun 2006, tiba-tiba prestasi Persewangi Banyuwangi U-18 melejit dalam pentas Liga Remaja atau yang lebih dikenal dengan nama Piala Suratin. Rahasianya, sejak tahun 1999/2000 anak anak tersebut sejak usia 9 tahun diajari teknik dasar bola yang benar.

Sehingga 7 tahun kemudian prestasinya sudah mulai kelihatan. Persewangi Banyuwangi U-18 kala itu menyabet gelar Liga Remaja Jawa Timur mengalahkan Persebaya U-18, kemudian melaju ke Final Liga Remaja Nasional meskipun kalah 0-1 dari Persib Bandung. Meski menjadi runner up, saat menembus partai final, Persewangi U-18 memiliki penguasaan bola di atas 60% serta umpan pendek merapat (corto e stretto) dengan akurasi passing tinggi.

Sekali lagi pembinaan yang berkelanjutan secara sabar akan membuahkan prestasi pada waktunya nanti. Ingat, Jerman membutuhkan waktu 14 tahun untuk berprestasi, begitupun Ribut Santoso membutuhkan waktu 7 tahun untuk juara di level junior, sedangkan Timnas Indonesia Juara juga akan sama dengan Timnas Jerman, yaitu perlu waktu 14 tahun.

(Ardiansyah, penggiat sepak bola usia muda, Calon Komite Pengembangan Usia Muda PSSI)

Berita Lainnya

Index