Foto-foto Orang Indonesia Berserakan Jadi Sampah di Jabal Rahmah

Foto-foto Orang Indonesia Berserakan Jadi Sampah di Jabal Rahmah
Foto-foto yang diletakkan jemaah Indonesia di Jabal Rahmah, Makkah. Foto Kumparan
MAKKAH - Jabal Rahmah di Arafah, Makkah, Arab Saudi, menjadi salah satu lokasi ziarah favorit jemaah haji dari seluruh dunia. Bukit batu itu memiliki nilai sejarah kenabian dalam Islam. Sayangnya, bukit tersebut dikotori oleh foto-foto orang Indonesia yang berserakan serta coretan-coretan di batunya.
 
Konon, bukit itu adalah tempat bertemunya Nabi Adam dan Hawa usai keduanya diusir dari surga karena melakukan larangan. Di puncak bukit batu itu, terdapat tiang yang disebut-sebut sebagai tempat Adam dan Hawa berpelukan usai lama berpisah di Bumi.
 
Ratusan jemaah haji dari seluruh dunia, termasuk Indonesia, berwisata ziarah ke Jabal Rahmah ketika kumparan dan tim Media Center Haji mendatanginya pekan ini. Mereka rela, bahkan memaksakan diri, mendaki gunung batu setinggi 65 meter tersebut.
 
Keindahan dan nilai historis Jabal Rahmah ternodai dengan banyaknya foto-foto yang berserakan atau terselip di bebatuan. Banyak dari foto-foto itu berwajah Indonesia, berpeci, atau bersarung. Beberapa foto terdapat tulisan doa di bagian belakangnya. Dengan foto yang berserakan dan coret-coretan nama-nama di bebatuannya, membuat kesan kotor dan jorok di Jabal Rahmah.
 
Seorang jemaah perempuan asal Nabire, Papua, tertangkap basah sedang mencoret-coret batu. Tidak lama kemudian, dia memasukkan foto di lubang bebatuan.
 
"Iya, agar orang-orang dalam foto itu bisa ke sini," kata jemaah yang enggan disebut namanya itu kepada kumparan.
 
"Enggak-enggak, enggak coret-coret, enggak ada itu foto ditaruh," kata suaminya yang langsung menghampiri. Mereka berlalu dengan buru-buru.
 
Menurut Helmy Hidayat, pembimbing ibadah haji di Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), tindakan tersebut dilandasi mitos bahwa dengan meletakkan foto pasangan di tempat itu maka cinta mereka akan abadi, sesuai dengan namanya, Gunung Cinta. "Ini keyakinan yang salah," kata Helmi.
 
Selain keyakinan yang salah, Helmi juga mengatakan bahwa tindakan tersebut mencemari lingkungan.
 
"Inilah yang membuat akhirnya Arab Saudi menghancurkan situs-situs, karena salah kita sendiri. Misalnya Khandaq pasirnya diambil, Jabal Rahmah dicoret-coret, Gua Hira - tempat Rasul berkhalwat- juga dicoret-coret," lanjut Helmi.
 
Djauhari Sadji, pembimbing ibadah PPIH lainnya, juga mengatakan bahwa keyakinan tersebut telah menyimpang. Dia mengatakan, tidak ada ajaran Nabi soal ibadah dan tindakan apa pun di Jabal Rahmah.
 
"Tidak ada ajaran dari Nabi seperti itu. Sesuatu yang tidak dilakukan Rasulullah artinya tidak mendapatkan apa-apa," kata Jauhari.
 
Menurut Sadji, dengan meyakini bahwa meletakkan foto dan mencoret-coret Jabal Rahmah bisa mendatangkan manfaat maka itu adalah tindakan syirik. Kesyirikan adalah dosa yang tidak diampuni oleh Allah, padahal jemaah haji datang ke tanah suci untuk mendapatkan rahmat Allah.
 
"Itu musyrik. Meminta itu hanya kepada Allah," kata Jauhari.
 
Pemerintah Arab Saudi juga telah memperingatkan jemaah yang datang ke Jabal Rahmah untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak ada tuntunannya dari Nabi Muhammad shallalahu alaihi wasallam. Di tiang Jabal Rahmah terpampang besar larangan-larangan, yakni larangan berdoa di tiang, memegang tiang, atau meratap di tiang tersebut.
 
Tapi walau peringatan itu besar sekali, hampir setengah dari tinggi tiang, seakan jemaah tidak melihatnya. Mereka menyentuhkan tangan dan dahinya di tiang itu, khusyuk berdoa, beberapa menuliskan namanya. Bahkan setengah bagian bawah tiang itu menghitam karena sering dipegangi atau dicoreti.
 
"Tidak saya tidak memegang tiang. Ya, mungkin mereka yang memegang ingin membuat kenangan saja," kata seorang jemaah asal Tegal, padahal baru saja dia terlihat memegang tiang tersebut.
 
"Oh ada larangan ya," ketika diberitahu soal papan larangan besar di tiang itu.
 
Dua orang syeikh dari Saudi di puncak Jabal Rahmah terlihat kewalahan meyakinkan pengunjung agar tidak melakukannya, mengatakan bahwa itu tindakan sia-sia dan berdosa. Mereka juga membagikan selebaran dalam berbagai bahasa, yakni bahasa Arab, India, Turki, Indonesia, soal larangan di Jabal Rahmah.
 
Di antara larangan yang disebut bid'ah dalam selebaran itu adalah: menyimpan tulisan dalam potongan atau rambut, di celah batu dengan macam-macam keyakinan. Seperti agar dapat kembali lagi ke tempat itu, agar seseorang bisa haji, agar istri cepat hamil, cepat sembuh, atau memanggil-manggil nama orang yang belum haji agar bisa berhaji. (red)

Berita Lainnya

Index