Spageti Sagu Diminati Industri, Siap-siap Tembus Pasar Eropa

Spageti Sagu Diminati Industri, Siap-siap Tembus Pasar Eropa
Kepala Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, Dr. Prayudi Syamsuri, SP, M.Si, bersama Direktur PT Embrio Biotekindo, Widya Winarno telah sepakat untuk bekerjasama mengembangkan spageti sagu
BOGOR - Produksi spageti sagu secara masal dan berkelanjutan sangat diperlukan untuk meningkatkan daya guna dan daya saing sagu serta mengisi permintaan jenis pangan baru. Bahkan produk olahan ini akan menembus pasar Eropa.
 
"Pengembangan mi dan spageti berbahan baku sagu merupakan inovasi baru dalam meningkatkan daya guna pati sagu dan menjadikan produk turunan sagu memiliki daya saing tinggi di pasar global. Apalagi kebutuhan terhadap jenis pangan baru meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dunia, kesadaran untuk hidup sehat, adanya perubahan gaya hidup dan bahkan perubahan iklim," tutur Direktur PT. Embrio Biotekindo, Widya Winarno.
 
Karenanya, PT. Embrio Biotekindo bekerjasama dengan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen), Badan Litbang Pertanian untuk mengembangkan olahan tepung sagu.
 
"Nantinya, spageti ini akan diformulasikan dengan sumber protein nabati untuk meningkatkan kandungan proteinnya," ujarnya dalam acara penandatanganan Perjanjian Kerja Sama, sekaligus Public Hearing Standar Pelayanan Publik di BB Pascapanen, Bogor, Selasa (30/7/2019) lalu, dilansir tabloidsinartani.com.
 
Kedepannya, produksi spageti sagu secara masal dan berkelanjutan sangat diperlukan untuk meningkatkan daya guna dan daya saing sagu serta mengisi permintaan jenis pangan baru. Bahkan pihaknya berencana menembus pasar Eropa untuk produk olahan ini.
 
"Eropa merupakan pasar potensial yang ditandai oleh jumlah produksi dan konsumsi yang relatif besar. Mengingat trend gaya hidup sehat dan diet khusus yang sebagian besar dianut masyarakat," lanjut Widya.
 
Selain PT Embrio Biotekindo, beberapa mitra lain yang tertarik bekerjasama terkait olahan pangan lokal ini diantaranya pesantren Al-Quran Wal Hadis dalam pengembangan olahan mi sagu, serta Kelompok Tani Setia pada pengolahan Mi Nusantara.
 
"Sagu ini diformulasi secara optimal dan diproses menjadi spageti dengan aplikasi teknologi ekstrusi yang terkendali dengan cermat. Spageti sagu tersedia dalam kondisi segar ataupun kering," tutur Peneliti BB Pascapanen, Endang Yuli Purwani.
 
Endang menambahkan bahwa spageti sagu kering memerlukan waktu rehidrasi sekitar 8 sampai 10 menit dengan elastisitas sedang dan tekstur lembut. Karenanya, Spageti sagu dapat dikembangkan untuk segmen pelanggan hotel, restorant, kafe (Horeka), rumah tangga yang peduli terhadap gaya hidup sehat dan industri yang menghasilkan produk diet khusus. (red)

Berita Lainnya

Index