7 Peristiwa Medis yang Terjadi Selama Proses Persalinan

7 Peristiwa Medis yang Terjadi Selama Proses Persalinan
Ibu setelah melahirkan Foto Pixabay
Saat proses persalinan, mungkin tak hanyak ibu yang mengetahui apa yang terjadi pada saat itu. Sebab saat itu, pikiran pasti sudah fokus pada proses melahirkan anak.
 
Perlu Anda ketahui, Moms, kondisi seperti kontraksi, nyeri perut, dan epidural hanya beberapa peristiwa yang terjadi saat persalinan. Ternyata ada banyak kondisi medis yang terjadi dan hal itu perlu Anda ketahui sebelum melahirkan, agar jika terjadi hal yang tak diinginkan penangannya pun akan lebih cepat.
 
Nah berikut ini adalah 7 hal peristiwa medis yang jarang diketahui oleh para ibu, dilansir dari laman Parents.com.
 
1. Gerakan usus
 
Moms, ternyata perasaan ingin buang air besar ketika persalinan merupakan hal yang wajar, lho. Sebab saat akan melahirkan ada otot-otot yang digunakan saat buang air besar juga juga digunakan untuk proses melahirkan.
 
"Keinginan untuk buang air besar saat proses persalinan merupakan hal yang umum. Karena otot yang biasanya mendorong untuk buang air besar digunakan untuk mendorong bayi keluar," kata Nita Landry, MD, seorang dokter kandungan dan co-host 'The Doctor'.
 
Pada saat proses kelahiran, kemungkinan terjadi pergerakan usus yang tak terkendali. Jadi dokter menganjurkan untuk para ibu yang ingin melahirkan untuk buang air besar terlebih dulu. Sebab ada penelitian yang menunjukkan bahwa buang air besar selama persalinan memiliki mafaat kesehatan jangka panjang.
 
2. Mual dan muntah
 
Mual dan muntah juga bisa terjadi selama persalinan, terutama saat akan mendorong bayi keluar. "Ketika wanita mendapat epidural, mereka bisa mengalami penurunan tekanan darah yang menyebabkan muntah," kata Sherry Ross, MD, seorang ahli kesehatan obyn dan wanita di Pusat Kesehatan Saint John di Santa Monica, California.
 
3. Prologed labor
 
Proses persalinan terdiri dari fase dini, fase aktif, dan fase transisi. Namun kadang fase-fase ini tidak terjadi secara cepat seperti yang seharusnya. Ada wanita yang mengalami fase persalinan lebih dari 20 jam, padahal idealnya proses kelahiran berlangsung selama 8-24 jam.
 
Jadi Moms, jika serviks Anda cukup lambat meregang dan menipis, cobalah untuk bersabar dan rileks. Tidur, berjalan-jalan, atau mandi air hangat merupakan salah satu cara agar serviks lebih siap untuk proses kelahiran.
 
"Persalinan laten yang berkepanjangan tak jarang menyebabkan komplikasi dan harus segera dilakukan pembedahan (sesar)," ujar Landry.
 
4. Persalinan dini
 
Persalinan dini merupakan proses kelahiran kurang dari tiga jam setelah kontraksi datang. Banyak ibu baru yang mengira persalinan dini sebagai hal yang positif, tapi ternyat cukup berisiko lho, Moms.
 
Salah satu permasalahan yang akan dihadapi oleh ibu adalah adanya risiko robeknya serviks dan vagina, pendarahan dari rahim atau vagina, hingga risiko infeksi pada bayi karena persalinan yang tak steril.
 
5. Robeknya vagina
 
Robeknya Perineum atau daerah antara vagina dan anus yang saat persalinan merupakan hal yang normal jika lubang vagina tak cukup mengeluarkan bayi.
 
"Sekitar 90 persen wanita mengalami robekan vagina selama persalinan, namun kadang robekan tersebut tak cukup untuk mengeluarkan bayi. Dalam beberapa kasus, dokter Anda mungkin harus melakukan episiotomi yang merupakan sayatan bedah untuk memperbesar lubang vagina sebab dalam beberapa kasus bahu bayi terjebak di belakang tulang panggul ibunya. Sehingga sulit untuk keluar," kata Landry.
 
6. Robeknya rektum
 
Robeknya rektrum terjadi saat pembukaan keempat yakni ketika Anda sudah siap mendorong bayi keluar. Namun kondisi ini akan sangat menyakitkan bagi para ibu, oleh sebab itu untuk mengurangi robekan yang berlebihan, Anda bisa mengompres perineum dengan air hangat selama persalinan dan juga melakukan pijatan.
 
"Pijatan perineum umumnya dilakukan untuk membantu mencegah robeknya saat persalinan normal. Sering memijat pangkat vagina dengan minyak atau pelumas berbahan dasar air bisa melembutkan jaringan sehingga lebih kenyal dan meningkatkan fleksibilitasnya," kata Ross.
 
7. Retensi plasenta
 
Setelah melahirkan, Anda mungkin berpikir prosesnya sudah selesai kan, Moms. Tapi ternyata belum, lho. Biasanya setelah melahirkan ibu akan mengalami kontraksi, karena tubuh perlu mengeluarkan plasenta dari rahim. Kontraksi ini juga diperlukan untuk mengurangi jumlah pendarahan pasca melahirkan.
 
"Keluarnya plasenta sering terjadi dengan sendirinya dalam 30 menit pasca melahirkan. Karena plasenta biasanya terpisah dari dinding rahim dan didorong keluar dengan kontraksi. Proses ini dinamakan retensi plasenta," kata Landry.
 
Biasanya saat proses menyusui, plasenta juga bisa keluar dengan sendirinya. Tapi dalam beberapa kasus, masih ada plasenta yang menempel pada dinding otot rahim.
 
Hal itu mungkin bisa menyebabkan demam, nyeri, hingga pendaharahan. Jika sudah begini, dokter menyarankan untuk melakukan pembedahan karena bila dibiarkan bisa mengancam nyawa, lho. (red)

Berita Lainnya

Index