Geluti Pekerjaan Berbahaya, Pemuda Meranti Ini Berharap Dapat yang Lebih Baik

Geluti Pekerjaan Berbahaya, Pemuda Meranti Ini Berharap Dapat yang Lebih Baik
Zuliandi usai menurunkan setandan Kelapa Muda
MERANTI - Zuliandi (28 tahun), adalah salah satu dari sekian banyak pemuda Kepulauan Meranti yang berharap dapat pekerjaan lebih baik. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) ini terpaksa menggeluti pekerjaan serabutan dan berbahaya.
 
Salah satu pekerjaan yang digeluti Zuliandi adalah mengambil upah mencari Kelapa Muda. Tanpa bantuan alat pengaman yang memadai, dia nekat memanjat sendiri batang kelapa yang tingginya bisa mencapai 30 meter, bahkan lebih.
 
Seperti yang dilakukan Zuliandi di perkarangan rumah Pemimpin Redaksi jurnalmadani.com, di jalan Mahmud, Banglas, Selatpanjang, Kamis (22/8/2019). Zuliandi yang sudah memiliki satu orang anak ini mengaku menggeluti pekerjaan itu sejak satu bulan lalu.
 
"Apa saja saya kerjakan bang, yang penting halal. Biasanya kerja bongkar muat barang atau mengantar barang toko bangunan dengan upah harian. Tapi kalau sepi saya kerja seperti ini mencari Kelapa Muda," ujarnya dengan logat melayu.
 
 
Untuk mendapatkan setandan Kelapa Muda di atas batang Kelapa, Zuliandi tanpa membekali diri dengan alat pengaman. Dia hanya membawa tali yang diikatkan di pinggang untuk menaikkan pisau atau parang di ujung talinya, kemudian menurunkan Kelapa dengan tali itu supaya tidak pecah.
 
"(Kelapa Muda) didapat tidak tentu, kadang dapat 30 butir, kadang juga tidak dapat sama sekali. Payah cari kelapa muda karena banyak orang yang tidak jual muda, tapi untuk tua," ujar warga Jalan Pemuda Setia, Desa Banglas ini, yang mengaku pernah terjatuh dari batang kelapa hingga mengalami bengkak dan terkilir di bahu.
 
Setelah Kelapa Muda didapat, Zuliandi kemudian mengantarkannya ke tempat teman pemesan yang menjual air Kelapa Muda di Jalan Banglas Selatpanjang. Dari jasa mencari Kelapa Muda itu Zuliandi mendapat 3 ribu rupiah perbutirnya.
 
"Biasanya saya pinjam duit modal dulu dengan pemesan. Setelah Kelapa Muda diserahkan, baru dipotong biaya membeli Kelapa Muda dari pemilik batang dan upah mencari 3 ribu rupiah perbutir," ungkapnya yang tidak setuju mempekerjakan hewan seperti monyet untuk memanjat batang kelapa.
 
Zuliandi mengakui pekerjaan memanjat batang kelapa, apalagi tanpa alat pengaman sangat mengancam keselamatannya, namun apa boleh buat, untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, pekerjaan itu harus dia lakukan, sedangkan pekerjaan yang lebih baik sulit didapatkan.
 
"Sudah banyak melamar di Kantor-kantor dan hotel bang, tapi tidak ada panggilan. di Meranti sulit cari kerja, kadang perlu orang dalam. Kalau dapat dibukakan lapangan kerja yang banyak untuk putra daerah," harapnya. (red)

Berita Lainnya

Index