Pemkab Gali Sejarah Sagu Kepulauan Meranti

Pemkab Gali Sejarah Sagu Kepulauan Meranti
Foto bersama
MERANTI - Wakil Bupati Kepulauan Meranti, Said Hasyim, membuka kegiatan dialog kesejarahan Sagu Kepulauan Meranti, di Aula Afifa Sport Center, Jalan Banglas, Selatpanjang, Selasa 29 Oktober 2019 kemarin.
 
Kegiatan itu diharapkan dapat menggali dan memberikan pemahaman kepada peserta tentang sejarah sagu di daerah ini, sehingga semakin menumbuhkan rasa cinta untuk melestarikannya.
 
Hadir pada kegiatan itu sebagai pembicara, Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) wilayah Riau Kepri, Toto Sucipto, Budayawan Taufik Ikram Jamil, Kasi Sejarah Dinas Pendidikan Kepulauan Meranti, Abdullah, Afrizal Cik, Anastasia Wiwik Swastiwi serta para peserta dan lainnya.
 
Wakil Bupati dalam sambutannya mengaku sangat mengapresiasi kegiatan ini untuk menggali sejarah Sagu sebagai referensi bagi generasi mendatang.
 
Kedepan ia berharap kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Meranti dapat memasukkan sejarah sagu dalam mata pelajaran muatan lokal, sehingga dapat diteruskan kepada para anak didik di sekolah.
 
Agar sagu terus lestari, Wakil Bupati mengajak peserta bukan saja mempelajari sejarah Sagu Kepulauan Meranti tetapi dapat membuat dan menciptakan aneka kuliner berbahan dasar Sagu, seperti Gobak, Lempeng Sagu, Sempolet, Sagu Rendang dan lainya. Sehingga Sagu tidak lagi menjadi makanan kelas dua tetapi menjadi makanan yang nikmat dan paling sehat.
 
"Dulu badan orang Selatpanjang besar-besar dan kuat menebang pohon dan mengarungi lautan karena makan sagu, sekarang sejak banyak mengonsumsi beras justru kecil-kecil," kata Wabup Said Hasyim, menjelaskan sehatnya makan sagu.
 
Bahkan, ungkapnya, sagu menjadi salah satu makanan favorit Gubernur Riau terdahulu HR. Soebrantas, yang menurut Wabup sangat menyukai Lempeng Sagu.
 
Untuk lebih melestarikan sagu, Wabup mendorong dibangunnya Museum Sagu di Kepulauan Meranti. Tujuannya agar generasi berikutnya dapat mengenal sejarah sagu dan tetap dapat dikembangkan menjadi makanan pokok alternatif di Indonesia, khususnya Kabupaten Kepulauan Meranti.
 
Sementara itu, Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) wilayah Riau Kepri, Toto Sucipto, mengatakan dulunya Selatpanjang dikenal sebagai Kota Sagu, namun seiring waktu julukan itu semakin memudar karena masyarakat daerah ini sudah mulai meningalkan Sagu sebagai makanan pokok diganti dengan beras.
 
Hal ini menurut Toto Sucipto menghawatirkan bagi kelestarian Sagu dimasa akan datang, ia menilai Sejarah Sagu sangat penting untuk mengembalian kecintaan masyarakat mengonsumsi dan menjadikan sagu sebagai sumber makanan pokok.
 
Sementara itu, budayawan Taufik Ikram Jamil dalam pemaparannya mengajak masyarakat jangan sampai melupakan sejarah dalam hal ini Sejarah Sagu, agar tidak terlempar dari makna-makna yang tersimpan didalamnya.
 
"Tidaklah kehilangan sejarah itu menyebabkan kitapun terlempar dari makna-makna, karena makna tersimpan didalam tanda. Sedangkan disisi lain manusia pada hekekatnya mencari makna melalui tanda yang dapat dijumpai dalam sejarah," jelasnya.
 
Kasi Sejarah Dinas Pendidikan yang juga Sekretaris LAMR Kabupaten Kepulauan Meranti, Abdullah dalam pemaparannya mengulas masalah kearifan lokal Sagu yang dapat menjadi sumber ketahanan pangan.
 
Bentuk kearifan lokal Sagu di masyarakat Kepulauan Meranti menurutnya dijadikan sebagai sumber inspirasi dalam berkarya, pengganti memecahkan masalah dalam proses pembangunan, dimana digunakan sebagai pondasi membangun jalan di tanah Gambut.
 
Seperti diketahui, Kepulauan Meranti memiliki potensi Kebun Sagu yang cukup luas sekitar 40 ribu hektare, dengan produksi 243 ribu ton pertahun.
 
Saat ini dari hasil pengolahan Sagu telah berhasil diciptakan 300 jenis makanan dan minuman serta telah pula mendapat Sertifikat Rekor MURI Tahun 2016 lalu. (rls/red)

Berita Lainnya

Index