Mahmuzin Taher Terpilih Jadi Sekretaris Jenderal APKRI

Mahmuzin Taher Terpilih Jadi Sekretaris Jenderal APKRI
Mahmuzin Taher
JAKARTA - Bakal calon Bupati Kepulauan Meranti Mahmuzin Taher yang juga merupakan anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), terpilih sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Petani Karet Rakyat Indonesia (APKRI) untuk masa bakti tahun 2020 - 2024.
 
Latar belakang pria yang akrab dipanggil Bang MT ini diyakini para anggota APKRI mampu memajukan organisasi dan meningkatkan kesejahteraan petani karet rakyat kedepan, karena merupakan praktisi logistik, ekonomi maritim dan industri nasional. Mahmuzin terpilih bersama Dr S. Mahdipura yang dipercaya sebagai Presiden APKRI.
 
"Kemarin 17 Agustus 2020 bertepatan dengan HUT RI ke-75 telah dideklarasikan berdirinya Asosiasi Petani Karet Rakyat Indonesia (APKRI) sebagai lembaga perjuangan bersama menuju kesejahteraan para petani dan anak-anak petani karet Indonesia. Saya dipercaya sebagai Sekjen bersama Bapak Dr S. Mahdipura sebagai Presiden APKRI, adalah pria asal Lampung anak petani Karet, lulusan universitas ternama di United Kingdom yang berprofesi sebagai petinggi salah satu perusahaan Kanada di Indonesia," ungkap Mahmuzin Taher.
 
 
Mahmuzin sendiri mengaku berterimakasih atas kepercayaan menjadi Sekjen APKRI. Baginya tidak asing dengan komoditi pertanian karet karena saat duduk dibangku Sekolah Dasar hingga SMP sudah biasa menakik atau menoreh karet. Ayahnya Haji Muhammad Taher merupakan guru mengaji yang juga petani dan penampung hasil kebun karet di kampungnya Desa Tanjung, Kepulauan Meranti, Riau.
 
Sebagai seorang praktisi logistik, ekonomi maritim dan industri nasional, Mahmuzin Taher melihat masih terbuka lebar harapan untuk mengangkat kesejahteraan ekonomi petani karet rakyat Indonesia. Melalui APKRI akan dipecahkan berbagai masalah anjloknya harga komoditi karet, khususnya dengan membuka akses langsung ke industri.
 
Dijelaskannya, Indonesia merupakan eksportir karet terbesar ke-2 di dunia setelah Thailand dan 90 persen produksi karet nasional berasal dari Sumatera, dimana 85 persen karet nasional berasal dari petani karet rakyat dan sisanya dari perusahaan perusahaan besar.
 
"Ini merupakan peluang kita bersama melalui lembaga APKRI untuk bisa langsung meningkatkan kesejahteraan petani karet rakyat, karena sebagian besar perkebunan karet masih dikuasai langsung oleh petani karet rakyat," ujarnya.
 
 
Melalui APKRI pula, lanjut Mahmuzin, telah diinventarisir berbagai masalah lesunya harga komoditi karet nasional untuk segera dituntaskan. Karena jatuhnya harga karet itu, baru baru ini sejumlah pabrik pengolahan terpaksa tutup, seperti di Bengkulu, Jambi, Sumatera Barat dan Sumatera Selatan.
 
"Harga karet saat ini hanya dikisaran 6 ribu rupiah perkilogram di tingkat petani rakyat. Harga tertinggi pernah 15 ribu rupiah/kg tahun 2018," jelasnya.
 
 
 
Kedepan, lanjut Mahmuzin, harapan peningkatan harga komoditi karet rakyat masih terbuka lebar. Saat ini 70 persen karet diserap oleh pabrik ban yang mestinya pabrik pengolahan karet punya bergaining harga yang kuat, karena pabrikan ban mobil membutuhkan 50 juta ban setahun.
 
"40 persen produksi karet dunia dikonsumsi oleh industri China, kemudian disusul Eropa, Amerika, ASEAN dan India selatan, namun harga karet dunia masih ditentukan oleh SICOM Singapura dan TOCOM Tokyo, Jepang. Harapan kedepan, karet rakyat bisa dikembangkan menjadi bahan baku alternatif pengganti atau campuran untuk aspal jalan," bebernya. (rls)

Berita Lainnya

Index