Ratusan Makam COVID-19 Dibongkar, Ternyata Jenazahnya Tidak Terpapar Virus Corona

Ratusan Makam COVID-19 Dibongkar, Ternyata Jenazahnya Tidak Terpapar Virus Corona
Petugas pemakaman membawa peti jenazah pasien suspect virus corona atau Covid-19 di TPU Tegal Alur, Jakarta Barat
BANDUNG - Lebih dari 700 jenazah yang dimakamkan dengan prosedur Covid-19 di Tempat Permakaman Umum atau TPU Cikadut, Kota Bandung, ternyata tak terpapar Covid-19.
 
Mereka terpaksa dimakamkan dengan prosedur Covid-19 karena meninggal sebelum hasil swab PCR yang mereka jalani keluar. Akibatnya, sebanyak 196 makam akhirnya dibongkar kembali atas permintaan keluarga.
 
"Sebanyak 71 jenazah di antaranya dipindahkan ke luar Kota Bandung, sementara sisanya, sebanyak 125 jenazah dipindah ke permakaman keluarga atau TPU milik pemerintah yang tersebar di Kota Bandung," ujar Kepala Dinas Tata Ruang (Distaru) Kota Bandung, Bambang Suhari, kepada TribunJabar.id, Minggu (13/6).
 
Sesuai aturan, semua pasien yang dirawat di rumah sakit, terutama yang memiliki gejala yang menjurus pada Covid-19, memang harus menjalani swab PCR untuk memastikan apakah pasien itu terpapar Covid-19 atau tidak.
 
Sebelum hasil swab itu keluar, mereka ditangani dengan prosedur Covid-19.
 
Masalahnya, hasil swab PCR kerap baru keluar beberapa hari setelah swab PCR dilakukan.
 
Sehingga ketika pasien tersebut meninggal sebelum hasil swab PCR-nya keluar, pihak rumah sakit langsung memasukkannya sebagai pasien yang meninggal dengan indikasi terpapar Covid.
 
Inilah, yang menurut Bambang, yang membuat pasien-pasien yang meninggal itu langsung dibawa ke tempat permakaman khusus Covid di Cikadut.
 
"Karena hasil swabnya baru empat hari kemudian, pasien yang ternyata meninggal karena diabetes, jantung, dan penyebab lainnya juga dimakamkan dengan protokol Covid-19," ujarnya.
 
Rumah sakit, kata Bambang, memang sebaiknya tidak memberikan peluang pada ahli waris pasien yang terpapar Covid-19 untuk dimakamkan di luar tempat pemakaman khusus Covid-19 yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
 
"Di Kota Bandung, pemakaman khusus Covid-19 sesuai Keputusan Wali Kota di TPU Cikadut," ujar Bambang.
 
Bambang mengatakan, idealnya semua jenazah yang dimakamkan di tempat permakaman khusus Covid ini adalah mereka yang sudah dipastikan terpapar Covid-19.
 
Ini untuk menghindari terjadinya pemindahan jenazah yang telah dimakamkan.
 
Sebab, selain menyita waktu dan tenaga, pemindahan jenazah, terutama yang baru beberapa hari atau beberapa bulan dimakamkan itu berisiko.
 
"Pemindahan sebaiknya di atas dua tahunan agar lebih aman," katanya.
 
Bambang mengatakan, lahan khusus untuk permakaman pasien yang meninggal karena Covid-19 di TPU Cikadut terbilang luas, yakni 20 ribu meter persegi. Lahan seluas itu cukup untuk sekitar 5.000 liang lahat.
 
"Saat ini yang sudah terpakai baru 5.600 meter persegi, atau baru 1.400 liang lahat. Ini berarti masih tersisa 3.600-an liang lahat lagi," ujarnya.
 
Bambang mengatakan, dari 1.400-an jenazah yang dimakamkan dengan prosedur Covid di TPU Cikadut ini hanya 767 jenazah yang dipastikan terpapar Covid.
 
"Sebanyak 361 di antaranya asal Kota Bandung, 306 lainnya dari luar Kota Bandung," ujarnya.
 
Sisanya, kata Bambang, dimakamkan saat statusnya masih probable, yakni masih dalam kategori suspek dan memiliki gejala ISPA berat, gagal napas, atau meninggal dunia, namun belum ada hasil pemeriksaan yang memastikan bahwa mereka positif Covid-19.
 
Sebelumnya, diberitakan, lebih dari 50 jenazah dimakamkan dengan prosedur Covid-19 Cikadut dalam 10 hari terakhir.
 
Koordinator Jasa pikul jenazah di TPU Cikadut, Fajar Ilfana, mengatakan pemakaman dengan prosedur Covid nyaris terjadi setiap hari. Jumlahnya meningkat pesat pasca Lebaran.
 
Dibandingkan bulan-bulan sebelumnya, kata Fajar, bulan Juni ini para pemanggul jenazah bekerja jauh lebih keras.
 
Fajar mengatakan, sejak lahan khusus pemakaman Covid di TPU Cikadut ini dibuka, sudah 1.570 jenazah yang mereka makamkan. Jenazah yang dimakamkan di TPU Cikadut, tidak semuanya warga Kota Bandung.
 
"Ada juga yang dari Kabupaten Bandung dan beberapa daerah lain, yang dilimpahkan ke sini oleh pihak keluarganya," ujarnya.
 
Untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan, kata Fajar, setiap hari mereka memastikan ada 10 makam yang sudah digali dan siap untuk diisi. "Kalau kurang ya tinggal gali lagi ngedadak," ujarnya. (red)

Berita Lainnya

Index