JURNALMADANI - Dalam rangka memperingati Hari Pantun Nasional, Pemerintah Provinsi Riau menggelar Sarasehan Tradisi Pantun sebagai ruang diskusi budaya untuk menelusuri sejarah, menggali nilai, sekaligus merumuskan langkah konkret pelestarian pantun agar tetap hidup dan relevan di tengah perubahan zaman.
Dikatakan Asisten I Setdaprov Riau, Zulkifli Syukur, Sarasehan Hari Pantun Nasional ini ditempatkan sebagai ruang yang substantif dan bermakna. Hal itu guna membicarakan bagaimana pantun, sebagai warisan budaya tak benda telah diakui dunia dan diterjemahkan secara nyata.
"Di sinilah pantun tidak hanya dilantunkan, tetapi dipikirkan keberlanjutannya. Tidak hanya dipuja, tetapi dirumuskan masa depannya," ungkapnya di Anjung Seni Idrus Tintin, Rabu (17/12).
Menurutnya, pantun bagi masyarakat Melayu bukan sekadar karya sastra. Ia hidup dalam tunjuk ajar Melayu. Pantun mengatur cara berkata, cara menasihati, cara mengingatkan, bahkan cara berbeda pendapat dengan tetap menjaga adab.
"Dalam pantun, kecerdasan berpadu dengan kesantunan, dan keindahan bersanding dengan kebijaksanaan," tuturnya.
Oleh karena itu, sarasehan ini menjadi penting dan strategis. Diskusi yang berlangsung hari ini, baik yang membahas akar sejarah pantun, nilai-nilai budaya yang dikandungnya, maupun tantangan pelestariannya di masa kini.
Di tengah perubahan zaman, Pemprov Riau tetap ingin menjaga warisan yang menjadi simbol kebanggaan Bumi Lancang Kuning. Ia harus terus hidup, meski zaman terus bergerak berganti.
"Kita ingin memastikan bahwa pantun tidak berhenti sebagai simbol kebanggaan, tetapi terus hidup sebagai praktik budaya yang relevan dengan zaman, terutama di tengah tantangan modernisasi, digitalisasi, dan perubahan cara generasi muda berkomunikasi," tutupnya. (mcr)

.jpg)