JURNALMADANI - Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi (Kapusdatin) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari, menyampaikan perkembangan korban bencana banjir dan tanah longsor di Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar) pada Sabtu (27/12/2025).
Bencana hidrometeorologi yang terjadi di tiga provinsi di Pulau Sumatera sejak 25 November 2025 lalu atau sebulan terakhir, telah menyisakan duka mendalam bagi warga terdampak.
Bencana hidrometeorologi adalah bencana yang dipicu oleh aktivitas cuaca seperti siklus hidrologi, curah hujan, temperatur, angin dan kelembapan. Bentuk bencana hidrometeorologi berupa kekeringan, banjir, badai, kebakaran hutan, longsor, hingga angin puyuh.
Akibat bencana di Sumatera dan Aceh tersebut, lebih dari 1.000 orang meninggal. Bahkan, ratusan korban masih hilang dan ratusan ribu warga mengungsi.
Kapusdatin BNPB mengungkapkan, per hari ini jumlah korban meninggal dunia menjadi 1.138 jiwa.
"Per hari ini, kita mengalami kenaikan jumlah korban jiwa menjadi 1.138 jiwa. Doa dan simpati yang mendalam terus kami sampaikan," ucap Abdul Muhari ketika merilis update penanganan bencana Sumatera secara daring, Sabtu sore ini.
Dalam kesempatan tersebut, juga disampaikan korban hilang di angka 163 jiwa. Meski begitu, pencarian korban hilang masih terus diupayakan.
"Pencarian masih terus dilakukan. Tetapi dari Tim SAR Gabungan sudah menyampaikan kemungkinan masih adanya jasad di lokasi pemukiman di titik pusat aktivitas warga itu sudah sangat kecil," lanjutnya.
Terkait korban mengungsi di Sumatera, total mencapai 449.846 ribu orang.
Abdul Muhari menjelaskan, korban mengungsi ada yang di tenda pengungsian umum dan ada yang mengungsi secara mandiri di rumah saudara maupun kerabat.
Pemerintah Siapkan Huntara
Sementara itu, pemerintah tetap menyiapkan satu unit hunian sementara (huntara) untuk setiap kepala keluarga bagi warga terdampak.
Menurut BNPB, hingga saat ini permohonan pembangunan huntara telah diajukan oleh 13 kabupaten/kota di Aceh, 6 kabupaten/kota di Sumatera Utara, dan 6 kabupaten/kota di Sumatera Barat.
Abdul Muhari atau akrab dipanggil Aam itu, menjelaskan bahwa proses pembersihan wilayah terdampak dan pembangunan huntara masih terus berlangsung, meski menghadapi tantangan kondisi cuaca dan medan.
“Tim di lapangan bekerja sangat intensif, bahkan hingga 18 jam, untuk pembersihan kawasan dan pembangunan huntara,” katanya.
Kapusdatin menyadari, sejumlah daerah menghadapi kendala tambahan, seperti curah hujan tinggi, yang turut memengaruhi percepatan pembangunan hunian sementara.
Ratusan Ribu Rumah Terdampak
BNPB mencatat, hingga Sabtu ini pukul 18.08 WIB, sebanyak 171.379 rumah di wilayah terdampak banjir bandang dan tanah longsor mengalami kerusakan.
Dari jumlah tersebut:
53.058 rumah mengalami rusak berat
53.058 rumah rusak ringan
53.058 rumah rusak sedang
Data tersebut, menjadi dasar pemerintah untuk menyesuaikan skema bantuan, termasuk pemberian Dana Tunggu Hunian bagi warga yang belum atau tidak menempati huntara. (*)

.jpg)