Transaksi Belanja Online di 2018 Capai Rp 47 Triliun

Transaksi Belanja Online di 2018 Capai Rp 47 Triliun
Pekerja mengemas barang pesanan konsumen saat Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2018 di Warehouse Lazada Indonesia, Depok, Jawa Barat. Foto Antara Foto
JAKARTA - Industri dagang elektronik atau e-commerce terus menunjukkan tren positif. Hal ini tampak dari pertumbuhan nilai transaksi e-commerce di tahun 2017-2018.
 
Plt Deputi Bidang Iklim Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Yuliot Tanjung mengatakan, di tahun 2017 pihaknya mencatat nilai transaksi e-commerce sebesar Rp 12 triliun. Sedangkan di tahun 2018, transaksi tersebut naik menjadi Rp 47 triliun.
 
"Terjadi peningkatan yang signifikan dalam transaksi e-commerce selama beberapa tahun terakhir," katanya di Menara Kadin, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (7/8/2019) dilansir Kumparan.
 
Adapun nilai transaksi ini didorong oleh banyaknya pembelian beberapa produk di e-commerce. Namun, produk fesyen dan gadget & electronic mendominasi jumlah transaksi di e-commerce.
 
"Transaksi yang paling banyak itu memang terjadi untuk produk fesyen sekitar 35 persen dan gadget & electronic sebesar 40 persen. Sisanya itu produk keperluan kantor dan otomotif. Yang paling sedikit dibeli adalah makanan, produk kecantikan, dan perlengkapan bayi," tambahnya.
 
Untuk itu, dia menilai hal ini menjadi peluang bagi industri dalam negeri. Sebab, selama ini rata-rata produk yang ada di e-commerce berasal dari negara lain.
 
"Ada memang beberapa tapi hanya sedikit, misal handphone itu kebanyakan dari China," tuturnya.
 
Menurutnya, ada banyak kendala yang membuat pelaku usaha dalam negeri khususnya UMKM masuk ke e-commerce. Pertama, soal keterbatasan teknologi yang dimiliki. Lalu, soal permodalan yang sulit didapat karena susahnya syarat yang harus dipenuhi.
 
"Kalau pun dapat pinjaman modal, suku bunganya tinggi. Makanya banyak yang cari investor dari luar," katanya.
 
Sementara itu, mantan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) Thomas Darmawan menyatakan, khusus sektor makanan dan minuman (mamin) memang susah dijual di e-commerce.
 
Dia mencontohkan, salah satu makanan rumput laut asal Indonesia yang dipasang di Alibaba sejak tahun 2017, hingga sekarang belum laku terjual.
 
"Pernah ada satu kali yang nanya, tapi mereka hanya bertanya. Rata-rata seperti itu, makanan dipasang mahal di Alibaba, tapi kebanyakan hanya ingin tahu saja, enggak beli. Memang susah menjual makanan di e-commerce," pungkasnya. (red)

Berita Lainnya

Index